Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) akan menilai perguruan tinggi yang termasuk Smart Campus atau Kampus Pintar. Tujuan penilaian itu untuk mengukur tingkat kecerdasan kampus dan kesiapan tranformasi digital kampus. Hasil pengukuran itu akan menjadi gambaran komprehensif mengenai kondisi kampus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketua Umum APIC Suhono Harso Supangkat mengatakan, asosiasi itu terdiri dari beragam pemangku kepentingan, seperti dari kalangan pemerintah, kampus, industri, komunitas, dan media massa. “Visinya menjadi organisasi yang mewujudkan Indonesia Cerdas 2045,” katanya di acara webinar tentang Riset dan Rating Transformasi Digital dan Kampus Cerdas Indonesia, Senin, 27 Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Guru Besar dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung itu, kampus pintar didefinisikan sebagai kampus yang menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mengatasi persoalan lewat solusi cerdas dengan menyediakan infrastruktur dan pelayanan untuk meningkatkan kualitas hidup. Tahapannya seperti menyediakan data, mengubah data analog ke digital, lalu menggunakan teknologi untuk aplikasi yang terbatas.
Suhono mengatakan, kampus cerdas bukan hanya dilihat dari teknologi di dalam kampus. “Sama seperti anak cerdas yang dikasih smarthone, dia bisa mengelola diri sendiri, bisa survive, dan bisa membantu lingkungan,” katanya. Asosiasi telah menyiapkan kerangka kerja untuk menjadi acuan perguruan tinggi mengarah ke kampus cerdas.
Rektor Universitas Padjadjaran (Unpad) Rina Indiastuti mengatakan, transformasi digital merupakan keharusan dan digitalisasi di kampus Unpad sedang berproses. “Tetapi kami bukan kampus yang kuat di dalam teknologi,” ujarnya di acara yang sama. Setelah deklarasi Unpad sebagai Hybrid University, sivitas akademika dimintanya bersiap mendukung agar bisa menikmati kualitas hidup yang aktif dan nyaman.
Riset itu sudah dimulai sejak Oktober lalu dan akan dilanjutkan 2022. Anggota tim peneliti Radiant Victor Imbar mengatakan, riset rating transformasi digital dan kampus cerdas Indonesia adalah kegiatan pertama APIC 2021. Tujuannya untuk pengembangan kampus di Indonesia dan mendapat gambaran kondisi saat ini tentang bagaimana kampus mengelola dan menyelesaikan masalah secara cerdas. “Dan kesiapan kampus dalam melakukan transformasi digital,” katanya.
Pengukuran tingkat kecerdasan kampus itu menurutnya, dilihat dari tiga perspektif. Pertama antroposentrik, yaitu dari sudut pandang manusia untuk mengukur kepuasan stakeholder serta layanan kampus. Kedua pengukuran sistemik, yaitu kecerdasan sistem di kampus dan teknologinya.
Selanjutnya pengukuran tingkat kesiapan seperti dari budaya, pemimpin dan kebijakan organisasinya dalam transformasi digital, kapabilitas dan komite organisasi dalam transformasi digital. Masing-masing dari ketiga perspektif pengukuran itu terdiri dari lima poin.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam mengatakan, dari hasil survei diketahui 90 persen lebih kampus belum pintar, misalnya terkait dengan absen mahasiswa dan dosen. Teknologi Internet of Things baru digunakan sekitar 7 persen kampus, dan teknologi digital untuk melihat karir lulusan belum dimanfaatkan oleh 90 persen perguruan tinggi. “Itu menunjukkan bahwa kita ini masih sebatas wacana belum betul-betul membangun kampus yang cerdas,” kata Nizam.
Baca:
Kemendikbudristek: Kampus Cerdas Baru Wacana, Belum Bangun Platform
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.