Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Seorang dosen dan peneliti dari Telkom University (Tel-U) Bandung, Suyanto, masuk dalam daftar 58 ilmuwan Indonesia yang berpengaruh di dunia. Fokus risetnya pada teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Dia menyukainya sejak kuliah atau sekitar 25 tahun silam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suyanto kini mengajar di Fakultas Informatika sebagai dosen tetap Telkom University. Dia mengajar di almamaternya sejak 1999. Karyanya sebanyak 19 Jurnal Internasional dan 72 Prosiding Internasional terindeks Scopus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, dosen kelahiran Jombang berusia 47 tahun itu telah menghasilkan 4 karya inovasi, 8 hak paten, dan 10 buku ajar. Lulusan S1 Teknik Informatika 1993 dari STT Telkom itu melanjutkan studi S2 di Chalmers University of Technology Swedia, dan meraih gelar doktor di Universitas Gajah Mada pada 2012.
Soal kecerdasan buatan yang digelutinya, termasuk teknologi Machine Learning dan Swarm Intelligence (SI). Suyanto mengaku tertarik pada teknologi itu saat kuliah S1 semester VI di program studi Teknik dan Sistem Informatika.
“Karena menurut saya AI itu memungkinkan komputer bisa diajari untuk melakukan berbagai pekerjaan dengan hasil yang sama bahkan lebih baik dibandingkan dengan manusia,” katanya lewat keterangan tertulis dari Telkom University, Senin 1 November 2021.
Saat ini dan di masa depan, AI menurutnya telah dan akan berperan penting dalam transformasi digital di segala bidang. Secara lebih spesifik, saat ini dia berfokus pada swarm intelligence (SI). “Karena di masa depan akan berperan penting dalam mengoptimasi dan mengotomasi proses pembelajaran mesin pada Artificial Intelligence dan Machine Learning.
Sebelumnya diberitakan ada 58 ilmuwan Indonesia dari berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi yang masuk dalam daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia. Pemeringkatan tahunan Top 2% World Ranking Scientists itu dipublikasikan Stanford University dan Elsevier BV. Pembaruan datanya per 20 Oktober lalu.
Dasar pemeringkatan adalah c-score, jumlah sitasi publikasi yang tidak termasuk sitasi oleh diri sendiri. Dengan kata lain, pemeringkatan menunjukkan 2 persen ilmuwan yang nama-namanya paling banyak dikutip dalam jurnal-jurnal ilmiah internasional. Karena itu mereka dinilai sebagai ilmuwan paling berpengaruh di dunia.
Baca:
Dosen Telkom University Kembangkan Alat Pembakar Sampah Tanpa Polusi Asap
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.