Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Singapura - Tiga studio pengembang game asal Indonesia lulus program Indie Games Accelerator (IGA) 2022 yang diadakan Google Play. Ketiga studio tersebut adalah Rigged Box Softworks asal Surakarta, Gambir Studio asal Jakarta, dan Eternal Dream asal Lampung. Mereka menjalani prosesi wisuda bersama 27 studio pengembang game lain dari seluruh dunia di kantor pusat Google Asia-Pasifik di Singapura pada Selasa, 13 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indie Games Accelerator (IGA) Google Play adalah program tahunan berupa bimbingan, pelatihan, dan saran tentang produk, desain, dan monetisasi. Program ini dimulai pada 2018 dan belum lama ini mengadakan demo day guna memberikan kesempatan kepada para pengembang untuk mempresentasikan karya mereka kepada investor dan penerbit game.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Demo Day pertama IGA 2022, sebanyak 40 game developer yang mengikuti acara ini berhasil menggalang dana lebih dari US$65 juta atau mencapai Rp 1 triliun dari penerbit game dan investor. “Kami ingin membantu para developer game baru yang berbakat dan penuh potensi untuk bisa membangun dan mengembangkan perusahaan game yang sukses,” kata Kunal Soni, Director Google Play, untuk Asia Tenggara dan Australia.
Sebelum menjalani prosesi kelulusan berupa pembagian plakat, para peserta program ini menjalani program pelatihan secara daring bersama mentor dan pakar industri game global selama sepuluh pekan. “Developer di Asia membuat banyak game yang populer di seluruh dunia dan kami ingin developer dari Indonesia bisa berperan lebih dalam industri yang bernilai miliaran dolar ini,” ujar Kunal.
CEO Gambir Studio, Shafiq Husein mengatakan program ini telah membantu studio yang ia dirikan bersama rekan-rekannya pada 2016 silam, untuk memiliki strategi dan visi bisnis yang lebih jelas dan terukur. Dia mengaku belajar metrik yang harus ditingkatkan, dan aspek mana saja dalam game yang harus diotak-atik untuk meningkatkan metrik tersebut.
“Ada banyak sumber daya di luar sana yang dapat dimanfaatkan oleh developer game indie
untuk memulai, tetapi mereka membutuhkan dukungan dari para veteran di industri game untuk mendiskusikan fitur game, teknik pemasaran, penerbitan game, dan strategi secara keseluruhan,” tutur Shafiq.
Sementara itu, Direktur Eternal Dream, Lucky P. Dharmawan, mengungkap pengalaman mengikuti IGA yang dinilainya sangat luar biasa. "Developer game indie membutuhkan wawasan tentang data, teknik pemasaran, dan penerbitan game agar bisa membuat strategi yang tepat untuk game seluler yang berkelanjutan.”
Direktur Eternal Dream, Lucky Dharmawan (kiri) menerima plakat dari Director Google Play Asia Tenggara dan Australia, Kunal Soni di kantor pusat Google Asia Pasifik, Selasa, 13 Desember 2022. Tempo/Praga Utama
Adapun CEO Rigged Box Softworks, Satryo Aji Nugroho, juga mengatakan pengalaman yang ia dapatkan selama mengikuti IGA 2022 sangat bernilai. “Buat saya, yang paling
berkesan adalah mempelajari ilmu dan strategi cerdas untuk menyelesaikan pembuatan game,” kata dia.
Developer game indie, Satryo menambahkan, perlu eksposur dan panggung untuk memperkenalkan game mereka kepada lebih banyak orang, dan hal itu bisa tercapai melalui keberadaan program-program seperti IGA.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.