Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Muhammad Hidayat dulu membeli laptop alias komputer jinjing merek lokal karena satu alasan. Harganya cuma Rp 5,5 juta. Ia kini punya alasan lain: jeroannya gampang dioprek. Inilah janji BYON, laptop buatan lokal yang dijual perdana pada Agustus lalu.
BYON gampang diutak-atik berkat konsep Common Building Block (CBB), yang memungkinkan pemakaian komponen komputer ini tidak memandang merek, asal komponen itu berlogo CBB. Maka, jika tertarik, silakan mengganti sendiri tujuh komponennya jika perlu: dari baterai, layar, papan ketik, hard disk drive, disk drive optikal, power adapter, dan panel komputer.
Sesungguhnya CBB memiliki konsep lawas. Pembuat komputer desktop sudah lama menggunakan konsep itu, sehingga satu komponen dapat dipertukarkan dengan komponen yang sama pada komputer berbeda merek. Konsep komponen universal ini pula yang membuat komputer meja gampang dirakit.
Baru-baru ini saja konsep tersebut diadopsi laptop. Perusahaan komputer Intel Corporation memperkenalkannya pada 2004. Walhasil, jangan pernah memisahkan barang yang sepele seperti adaptor listrik dari laptop, atau mesin pintar itu tak dapat dipakai jika baterai habis. ”Kalau baterainya soak, Anda juga tidak bisa beli sembarang baterai. Harus beli baterai dengan merek sama,” ujar Chris Irwan Japari, Direktur Pemasaran Lead Vision, yang memproduksi BYON.
Konsep CBB bertujuan mengusir semua kerumitan tersebut. Setiap kali dibutuhkan spesifikasi lebih tinggi, laptop dengan CBB juga dengan gampang ditingkatkan kemampuannya.
Bahkan keluwesan CBB sudah terasa saat laptop dibeli. Belanja laptop jadi seperti membeli gado-gado karena pembeli bisa memilih apakah akan menggunakan hard disk drive berkapasitas 40, 60, 80 gigabyte, atau lebih besar lagi. Untuk disk drive optikal, pembeli bisa menentukan apakah hanya akan memasang CD-ROM, CD-RW, DVD Combo, atau DVD Super-Multi. Jika mau, pembeli juga bisa mencetak dan memasang fotonya pada sampul atas laptop.
Tapi, yang paling menarik tentang CBB adalah ini: bakal membuat harga laptop turun. Bill Siu, Wakil Presiden Grup Channel Platform Intel Corporation, mengatakan salah satu penyebab mahalnya harga laptop adalah karena pembuat laptop membuat sendiri desain komponennya. Akibatnya, bisa dibayangkan berapa banyak jenis komponen yang harus disimpan di gudang bila ada seratus model laptop.
Menimbang potensi CBB, Intel mengandalkan standar ini untuk mendongkrak penjualan laptop yang masih lambat dibanding komputer meja. Pada 2006 ini saja, penjualan komputer jinjing diperkirakan hanya sekitar setengah jumlah penjualan komputer meja. Padahal Intel ingin komputer jinjing mulai dominan, sehingga pada 2008 jumlah yang terjual dua kali lebih banyak dari komputer meja.
Beberapa perakit dan perancang komputer terbesar di dunia, seperti Quanta, Compal, dan Asustek, sudah bergabung di barisan pendukung konsep CBB. Sebelas model laptop dari ketiganya telah lolos uji interchangeability CBB. Tiga perakit besar lainnya, MSI, Clevo, dan Gigabyte, masih menunggu hasil uji. Di Indonesia, baru BYON yang mengadopsi konsep ini.
Ini masih jauh dari harapan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia, Henky Tjokroadhiguno, yang ingin ada lebih banyak laptop lokal mengadopsi CBB sehingga bisnis komputer tenteng ini lebih bergairah. Paling tidak, seperti yang terjadi pada desktop, komponen universalnya akan mendongkrak penjualan komponen laptop. ”Karena margin keuntungan di desktop sudah semakin tipis,” ujarnya.
Namun, Djoenaidi Handojo, Direktur PT Berca Cakra Teknologi—pembuat laptop lokal Relion—menilai BYON tergesa mengadopsi konsep CBB. Ia menilai konsep itu belum matang, sedangkan pembuat komponen laptop masih setengah hati memberikan dukungan. Dia memperkirakan, perlu tiga atau empat tahun lagi agar konsep CBB benar-benar siap. ”Dan saat itu, Relion pasti akan menuju ke sana (CBB),” ujarnya.
Karakter pembeli laptop, menurut Djoenaidi, juga berbeda jauh dari pembeli desktop. ”Mereka masih sangat memperhitungkan merek.”
Penilaian Djoenaidi sepenuhnya benar pada Hidayat. Pegawai negeri itu tak ragu pada kualitas lokal, karena laptop yang dibelinya dua setengah tahun lalu terbukti yahud digeber sepanjang hari, sepanjang malam. ”Padahal saya pengen beli yang baru, tapi yang ini kok tidak rusak-rusak juga,” ujarnya geli. Satu-satunya yang bisa menjauhkannya dari laptop lokal adalah jika harganya mahal.
Sayangnya, itulah BYON, yang membidik pangsa komputer jinjing kelas menengah atas. Dari empat model komputer perdananya, paling murah dibanderol US$ 995 atau Rp 9,1 juta. Hidayat berucap: ”Kalau harga tidak jauh beda, sudah pasti saya pilih laptop merek asing.”
Sapto Pradityo
Gampang Dibongkar, Gampang Dipasang
Ada tujuh komponen laptop yang sudah mengikuti standar Common Building Block (CBB). Ini berarti ketujuh komponen itu dengan leluasa diperbesar kemampuannya atau diganti. Lupakan kata-kata klise yang biasa diucapkan vendor seperti ini: ”Maaf, Bapak harus menunggu sepekan karena komponennya harus didatangkan dari Singapura.”
Di Indonesia, BYON menjanjikan komponen-komponen bercap CBB dapat diperoleh di delapan kota besar: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar, dan Medan. Inilah komponen itu:
- LAYAR
Pemasok: AU Optronics, Chungwa Picture, Chi Mei Optoelectronic, Quanta Display.
Model: Standar 14,1 inci dan 15 inci, serta layar lebar 14,1 inci dan 15,4 inci.
- OPTICAL DISK DRIVE
Pemasok: Panasonic, Quanta, Sony, Lite On It.
Model: Ukuran tebal 12,7 mm, tersedia tipe CD-ROM, CD-RW, DVD-ROM, DVD-RW, DVD Super-Multi, dan DVD Combo.
- HARD DRIVE
Pemasok: Fujitsu, Hitachi, dan Seagate.
Model: Kapasitas 40, 60, dan 80 gigabyte, tipe konektor SATA dan PATA, diameter 2,5 inci dan tebal 9,5 mm.
- PAPAN KETIK
Pemasok: Sunrex, Chicony, dan Darfon, sudah mendukung 32 bahasa di seluruh dunia.
- POWER ADAPTER
Pemasok: Hipro dan Lite On It
Model: input 100-240 volt
- PANEL
Dicetak di atas vinil dengan printer khusus, harganya US$ 10 atau Rp 92 ribu.
- BATERAI (tidak tampak dalam foto)
Tersedia baterai konfigurasi enam sel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo