Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kerlap kerlip pada boks bertulisan X60 Co-engineered with ZEISS langsung menyapa mata saat Tempo.co mendapat kesempatan melakukan review produk ponsel flagship vivo ini. Didalamnya termuat perangkat handset vivo X60 dengan model produk v2045. Ini adalah model vanila dari seri teranyar smartphone vivo yang diperkenalkan di Indonesia pada 5 April, dan dijual mulai 8 April lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain model vanila, seri ini djuga diisi model pro. Berdasarkan keterangan dari vivo, harga model pro lebih mahal sekitar Rp 2 juta, yakni Rp 9,999 juta, karena fitur Gimbal Stabilization 2.0 yang hanya ada padanya. Perbedaan lainnya adalah bobot model Pro yang 179 gram, atau lebih berat tiga gram, sekalipun kapasitas baterainya sedikit lebih rendah yakni 4200 mAh, dibandingkan 4300 mAh pada vivo X60.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kembali ke balik boks yang sparkling, ponsel tertata bersama pengisi daya, kabel USB, adaptor stop kontak, earphone, SIM ejector, kartu garansi, panduan ringkas, case pelindung, dan headset. Dari sini kita juga bisa langsung tahu kalau seri vivo X60, setidaknya di model v2045, ini belum ikut tren wireless charging. Tren yang dimulai oleh iPhone 12 dan kemudian diikuti di antaranya Samsung Galaxy S21 tak menyertakan adaptor stopkontak dan pengisi daya.
Begitu diaktifkan, kapasitas baterai pertama pakai tersedia sebanyak 37 persen. Pengisian daya akan membuatnya bertambah satu persen tak sampai semenit. Total jenderal, baterai berkapasitas 4.300 mAh itu sudah terisi hingga 100 persen dalam satu jam kurang semenit.
Baterai ini, dengan pemakaian normal, baru habis tiga hari kemudian. Pemakaian seperti untuk menelepon dan mewawancarai narasumber, surfing di situs-situs berita, bermedia sosial, menonton video review pertandingan bola Liga Champions, dan jajal jeprat-jepret kamera serta rekam video. Pemakaian terbesar, seperti umumnya pengguna smartphone, ada pada aplikasi perpesanan.
Untuk keamanan perangkat ditawarkan sidik jari dan biometrik wajah. Keduanya digandakan dengan PIN. Tempo.co memilih sidik jari selama mencoba perangkat ini, fiturnya bekerja dengan nyaman plus tersedia animasi untuk ikonnya pada layar. Jika kebetulan jari tak pas secara tak sengaja, layar langsung beralih ke pengisian PIN.
Layarnya berukuran 6,56 inci--tak berbeda antara vivo X60 dan X60 Pro. Masih menggunakan notch tapi yang jenis hole di bagian tengah sehingga rasio layar ke bodi tinggi, layar pun menjadi lega di atas panel AMOLED dengan resolusi Full HD Plus, refresh rate 120 Hz, dan touch sampling rate 240 Hz. Yang dirasa di antaranya adalah ketika memindai WhatsApp Web atau ikon sidik jari keamanan layar, semua bisa dilakukan mulus dan cepat. Kaca Gorilla Glass pada panel display juga membuat layar--yang tak silau meski berada di bawah sorot matahari--tak perlu lagi pelindung antigores.
Vivo X60 Series ditenagai chip Snapdragon 870 yang didampingi dengan RAM 12 GB. RAM itu ditunjang dengan teknologi extended RAM yang bisa membuatnya menjadi 15 GB. Beberapa fitur yang bisa dinikmati misalnya, notifikasi pesan WhatsApp saat sedang menonton Youtube. Notifikasi bisa langsung dibuka tanpa perlu mengganti layar. Itu harus diakui lebih nyaman bagi mereka yang banyak memiliki grup WhatsApp.
Oke, sekarang kita langsung ke kamera. Saat menerima perangkat ini untuk dicoba, Tempo.co sudah tak sabar sampai ke bagian ini. Bagaimana tidak? Vivo mendeklarasikan seri terbarunya ini sebagai smartphone dengan fitur fotografi dan videografi kelas profesional. Apalagi kalau bukan karena sistem kamera Zeiss yang diadopsi pada konfigurasi lensa-lensanya.
Ponsel Vivo X60. dok.Vivo
Tiga kamera belakangnya mengusung lensa utama 48 MP, telefoto 13 MP, dan ultra-wide 13 MP. Sedangkan di bagian depan, kamera menggunakan lensa 32 MP.
Selain kolaborasi dengan perusahaan optik dunia, ZEISS, vivo juga menghadirkan fitur lain seperti pixel shift ultra HD imaging pada seri vivo X60. Fitur ini dipromosikan tidak hanya menajamkan kualitas gambar tapi juga memperkaya detail--layaknya yang telah dimanfaatkan oleh kamera DSLR.
Sekali lagi, yang sedan kita bahas adalah tipe vanila vivo X60. Harganya saat rilis Rp 7,999 juta karena minus gimbal stabilization. Tapi, kualitas gambar yang dimilikinya tanpa fitur itu sudah cukup memikat. Saat menggunakan video dan dibawa bergerak, gambarnya stabil.
"Sudah ada gimbal-nya mungkin ini," kata Bagas Wicaksana, seorang pengampu ekstrakurikuler multimedia di sejumlah sekolah menengah atas di kawasan Tangerang Selatan, yang bersama Tempo.co menjajal ponsel ini.
Kami membandingkannya saat merekam video menggunakan ponsel vivo V7 milik Bagas. Hasilnya, gerak ponsel terbaca dalam gambar video yang tak stabil.
Untuk menegaskannya, Bagas langsung mengeluarkan perangkat gimbal konvensional miliknya dan memasangkan ponsel vivo V7 padanya. Gimbal membuat efek gambar video menjadi stabil dalam kondisi ponsel yang dibawa bergerak. Efek yang sama terlihat pada vivo X60 tanpa alat yang sama. Hanya, catatannya, pergerakan gambar video memang seperti menjadi lebih lambat atau lag.
Efek bokehnya juga menjadi keunggulan dari ponsel ini yang membuat gambar, benar, bisa sangat tajam--sama seperti penggunaan kamera DSLR dengan lensa fixed. Bahkan, vivo X60 menyediakan beberapa opsi efek bokeh. Jika umumnya efek blur pada latar belakang gambar berbentuk bola-bola, ponsel ini bisa membuat bentuk lain yakni bintang, kupu-kupu, atau hati.
"Bedanya pada kamera DSLR, untuk dapatkan bentuk selain bulat, kita harus siasati pakai kertas bentuk itu sebagai filter buatan pada lensa," kata Bagas sambil menambahkan, "Ponsel ini bisa melakukannya secara langsung, jadi sangat praktis."
Mode malam pada kamera, night vision 2.0, juga tak lupa kami jajal, dan obyek memang tampak terang dan halus, memungkinkan untuk foto light trail atau teknik fotografi light painting. Kamera biasa mungkin memberi gambar yang berbintik-bintik karena pencahayaan lingkungan yang gelap atau redup.
Hasil foto menggunakan efek bokeh bentuk hati pada kamera Vivo X60. TEMPO/Wuragil
Secara keseluruhan perangkat vivo X60 cukup tipis, 7,36 mm, seperti yang diiklankan vivo sebagai flagship paling tipis. Tak ada jack headphone atau earphone agar perangkat bisa setipis itu. Sebagai gantinya, disediakan kabel konektor antara port USB dengan earphone atau headphone.
Adapun kelebihan lain seri vivo X60 ini tentu dukungannya untuk teknologi jaringan 5G meski infrastruktur jaringan ini belum tersedia di Indonesia. Lalu, sesuai spesifikasinya, ada fitur trendy, Near Field Communication (NFC), untuk metode pembayaran non tunai. Misalnya, tapping uang elektronik untuk cek dan top up saldo.