Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) mendapat dukungan dari Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate dan Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X terkait upaya digitalisasi aksara daerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dukungan tersebut terungkap dalam pertemuan Menkominfo dan Sri Sultan pada Jumat, 16 Oktober 2020 di Kepatihan, Yogyakarta. Dewan Pengurus PANDI ikut diundang dalam pertemuan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Upaya digitalisasi aksara daerah di Indonesia yang merupakan warisan leluhur bangsa Nusantara didorong PANDI bersama pegiat aksara daerah.
Yudho Giri Sucahyo selaku ketua PANDI mengatakan bahwa saat ini proses digitalisasi aksara Jawa sudah hampir rampung, dan sudah masuk ke tahap selanjutnya.
“Dalam balasan yang kami terima dari ICANN (Internet Corporation for Assigned Names and Numbers), saat ini perkembangan digitalisasi aksara Jawa sudah mencapai 80 persen, dan masuk dalam tahap peninjauan stabilitas DNS yang kita punya,” ungkapnya, Senin, 19 Oktober 2020.
"PANDI bertekad menjadikan seluruh aksara daerah di Indonesia yang masih bisa terlacak jejaknya untuk dijadikan alternatif nama domain internet atau dalam istilah spesifiknya adalah IDN-ccTLD (Internationalized Domain Name - country code Top Level Domain) dan bersama dengan komunitas penggiat aksara akan mendigitisasikan aksara yang belum terdaftar di Unicode," tegas Yudho.
Unicode adalah standar dalam dunia komputer untuk pengkodean (encoding) karakter tertulis dan teks yang mencakup hampir semua sistem penulisan yang ada di dunia. Dengan adanya Unicode, pertukaran data teks dapat terjadi secara universal dan konsisten. Kaitannya dengan aksara, nantinya seluruh aksara Nusantara bisa diakses di perangkat pintar seperti telepon genggam dan komputer/laptop seperti aksara Latin pada umumnya.
Untuk IDN-ccTLD aksara jawa, Yudho memprediksi bahwa prosesnya akan rampung pada akhir tahun ini, dan PANDI berencana menggelar selebrasi yang akan diselenggarakan di Keraton, Yogyakarta. “Jika tidak ada hambatan, semoga aksara jawa sudah menjadi salah satu alternatif ccTLD (country code Top Level Domain) pada Desember ini, dan kami bekerja sama dengan pihak Keraton untuk menggelar acara selebrasi terkait hal ini,” ucap Yudho.
Dalam rangka meningkatkan literasi aksara daerah, saat ini PANDI bersama pegiat aksara Jawa dan Sunda sudah menggelar lomba pembuatan website dengan konten aksara daerah tersebut, adapun pemenangnya akan diumumkan di akhir tahun.
“Selain Jawa dan Sunda, minggu depan menyusul lomba pembuatan website dengan konten aksara Bali, sebuah kerja sama antara PANDI dan FIB Universitas Udayana. Kemudian pada bulan depan akan dimulai lomba aksara lontara, sebuah kerjasama antara PANDI dan Yayasan Lontara Nusantara,” ungkap Yudho.
Lebih lanjut Yudho menambahkan bahwa upaya digitalisasi aksara daerah lainnya akan segera menyusul untuk didaftarkan. “Akhir tahun ini semoga aksara Jawa sudah bisa terdigitisasi di internet, sehingga kami bisa mengupayakan pendaftaran aksara lainnya pada tahun 2021 mendatang. Ada sekitar dua atau tiga aksara yang akan didaftarkan, yaitu Sunda, Lontara menyusul Bali, disusul aksara Rejang, Pegon, Kawi dan lainnya pada tahun-tahun berikutnya” ungkap Yudho.
Upaya digitalisasi aksara tersebut merupakan rangkaian kegiatan dari satu program besar yang akan diusung oleh PANDI bertajuk "Merajut Nusantara; Melalui Digitalisasi Aksara", sebuah bentuk nyata upaya pelestarian aksara nusantara. “Program Merajut Nusantara akan kita luncurkan kepada publik, bersamaan dengan perayaan aksara jawa yang rencananya akan digelar di Keraton, Yogyakarta pada Desember nanti," terang Yudho.
Sejalan dengan semangat PANDI, Joko Elysanto selaku penggagas komunitas Gerbangpraja bertekad untuk melestarikan aksara Jawa agar bisa dikenal luas di masyarakat saat ini. “Dimulai dengan saya menyusun buku Gaul Aksara Jawa. Sebuah pembelajaran aksara Jawa dengan metode saya sendiri sebagai sarana untuk menerangi Jawa. Kemudian membuat beberapa font aksara Jawa, membuat produk kopi dengan kemasan beraksara Jawa juga merchandise beraksara Jawa untuk remaja. Poin intinya adalah membangun kebanggaan beraksara lokal untuk generasi milenial,” ungkap Joko
Pendiri dan juga Ketua komunitas di Genk Kobra itu pun menuturkan bahwa dengan adanya usaha dari PANDI membawa aksara Jawa ke ranah internasional, maka semakin terbuka jalan bagi generasi muda ke depan untuk berekspresi di dunia maya tanpa kehilangan identitasnya.
“Saya dan teman teman di komunitas penggiat aksara Jawa jelas sangat membutuhkan digitalisasi aksara Jawa. Karena aksara Jawa bisa lebih eksis di dunia internasional melalui dunia maya,” pungkasnya.