Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Patrick Kluivert Kenakan Peci Hitam Saat Diperkenalkan di Publik, Begini Sejarah Penggunaan Peci

Saat pertama kali diperkenalkan di publik, Patrick Kluivert mengenakan peci ala Soekarno. Begini sejarah peci.

14 Januari 2025 | 07.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ada hal yang menarik saat Patrick Kluivert diperkenalkan sebagai pelatih baru timnas Indonesia pada Minggu, 12 Januari 2025. Pelatih asal Belanda itu terlihat mengenakan peci hitam, sebuah pilihan yang cukup mengejutkan mengingat ia baru pertama kali tampil di depan publik Indonesia. Keputusan tersebut ternyata ia ambil sendiri meskipun baru dikenakan pada sesi foto bersama pengurus PSSI.

Bagi masyarakat Indonesia, peci telah lama menjadi simbol yang melambangkan identitas dan budaya, terlepas dari latar belakang agama. Peci bukan hanya populer di kalangan umat Islam, tetapi juga digunakan dalam berbagai acara formal, bahkan oleh pejabat negara. Di Indonesia, peci menjadi bagian dari busana nasional yang tak terpisahkan, terutama saat acara-acara besar seperti perayaan Idul Fitri.

Sejarah Peci di Indonesia

Peci pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada abad ke-8 oleh pedagang Arab yang menyebarkan agama Islam. Seiring berjalannya waktu, peci menjadi sangat populer di kalangan masyarakat Melayu, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Pada abad ke-13, peci semakin menyebar, terutama di Indonesia yang menerima pengaruhnya melalui jalur perdagangan dari Aceh, Malaka, hingga ke daerah-daerah di Indonesia Timur.

Selain pengaruh pedagang Arab, Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga, turut berperan dalam memperkenalkan peci ke masyarakat. Sunan Kalijaga membuat mahkota atau kuluk yang menyerupai peci dan digunakan oleh Sultan Fattah. Meskipun bentuknya lebih besar, kuluk ini merupakan cikal bakal dari peci yang kita kenal sekarang.

Peci Sebagai Simbol Nasional

Penggunaan peci dalam konteks nasional dimulai dengan Soekarno, yang memperkenalkan peci sebagai simbol perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada 1921, Soekarno mengusulkan kepada Rapat Jong Java agar peci digunakan untuk menunjukkan kesetaraan bangsa Indonesia.

Sebelumnya, peci hanya digunakan oleh kalangan tertentu, terutama tokoh-tokoh Muslim, namun dengan usulan Soekarno, peci menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan, yang melibatkan semua lapisan masyarakat, tak hanya mereka yang beragama Islam.

Seiring waktu, peci menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia dan sering digunakan oleh pemimpin bangsa, termasuk Soekarno sendiri, baik dalam pertemuan resmi maupun dalam pidato-pidatonya yang bersejarah. Sebagai simbol kebanggaan dan kemerdekaan, peci tetap menjadi atribut penting dalam pelantikan pejabat, acara keagamaan, dan tentu saja dalam fashion modern.

Meskipun popularitasnya sedikit meredup, peci tetap menjadi pilihan penting bagi banyak kalangan dalam acara formal dan ritual agama, serta sebagai bagian dari mode sehari-hari.

Annisa Febiola dan Khumar Mahendra berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Pilihan Editor: Miftah Maulana Copot Peci Pakai Blangkon Kembali, Begini Seluk Beluk Penutup Kepala Khas Orang Jawa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus