Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
General Manager E-commerce & Marketing RPX, Albert David Palit, mengatakan jasa kurir pengiriman barang di Indonesia saat ini mengalami perubahan cukup drastis, utamanya layanan penjemputan dan pengantaran barang. "Apalagi dengan adanya digitalisasi," kata Albert, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Albert menjelaskan, merujuk pada Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), saat ini perusahaan logistik menganut human centric tidak lagi box centric. Artinya mayoritas yang dikirim bukan lagi paket, melainkan produk. "Karena itu, penyedia jasa logistik dituntut untuk dapat memberikan kemudahan dan fleksibilitas pengiriman," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hadirnya layanan kurir instan atau on demand logistics dinilai dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, layanan kurir instan dapat menguntungkan pengusaha kecil dalam mengembangkan bisnisnya.
Layanan kurir berbasis aplikasi ini memungkinkan penjemputan maupun pengantaran barang dilakukan seketika dan dapat diakses di mana pun sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Biaya logistik, utamanya biaya jemput dan antar, makin murah karena penyedia jasa kurir instan memakai model bisnis sumber daya berbagi.
Penyedia jasa tidak perlu lagi menyediakan kendaraan dan tenaga kerja khusus untuk melakukan pick-up dan delivery seperti halnya perusahaan penyedia jasa logistik konvensional.
Alih-alih menyediakan kendaraan dan tenaga kerja, mereka cukup mengelola aplikasi on-demand logistics, yang mengintegrasikan optimalisasi pengemudi mobil, sepeda motor, atau bahkan sepeda untuk melakukan pick-up dan delivery barang ke konsumen.
Semua biaya operasional akan menjadi biaya variabel. Tidak ada lagi biaya tetap yang menjadi beban perusahaan penyedia jasa on-demand logistics, seperti biaya sewa, depresiasi kendaraan, biaya bunga pinjaman investasi, dan biaya gaji tenaga kerja.
Selain itu, on-demand logistics memberikan fleksibilitas tinggi, baik bagi pengusaha sebagai pengirim barang maupun konsumen sebagai penerima barang.
Fleksibilitas ini dimungkinkan karena keduanya dapat mengakses dan melakukan order transaksi pembelian atau pengiriman barang dalam waktu 24/7, kapan pun dan di mana pun mereka berada.
Pemilik barang dan konsumen juga dapat melacak status kiriman barang secara real time dengan menggunakan ponsel pintar dalam genggaman tangan mereka.
Di Indonesia, jasa kurir instan dimiliki perusahaan yang bergerak di bidang transportasi online, seperti Go-Jek dengan layanan Go-Send dan Grab dengan GrabExpress. Namun, ada juga yang khusus untuk pengiriman barang seperti Deliveree.
Jasa kurir instan ternyata tak mengganggu bisnis pengiriman konvensional. Sebab, keduanya memiliki segmentasi berbeda. "Kita enggak apple to apple dengan mereka karena mereka mengisi ceruk pasar yang sebelumnya tidak ada yang mengisi," kata Direktur Pelaksana PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI), Tomy Sofhian, kepada Tempo beberapa waktu lalu
Perusahaan transportasi online lebih berfokus pada pengiriman instan. Artinya pengguna tinggal memesan ojek online, lantas dalam hitungan menit bakal langsung direspons. Hal itu dimungkinkan lantaran mereka berpartner dengan individu.
Selama ini, metode yang dilakukan perusahaan jasa kurir adalah mengkonsolidasikan dan mengumpulkan barang yang akan dikirim. Lalu, selanjutnya dikirim bersama-sama. Dengan begitu harga yang ditawarkan bisa lebih murah ketimbang jasa pengiriman instan. BISNIS.COM | CAESAR AKBAR | AFRILIA SURYANIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
