Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang developer advocate di Google Cloud, Emma Haruka Iwao, telah mematahkan rekor atas namanya sendiri tiga tahun lalu untuk jumlah digit di belakang koma dari bilangan pi. Pada 2019 dia mampu menghitung pi hingga ke jumlah digitnya itu yang ke-31,4 triliun. Sekarang, menggunakan program yang sama di Google Cloud Iwao mampu menemukan bilangan pi sampai ke digitnya yang ke 100 triliun, yakni angka nol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada tahun lalu, tim ilmuwan dari University of Applied Sciences, Grisons, Swiss, sebenarnya berhasil menghitung jumlah digit pi hingga 31,4 triliun lebih panjang lagi. Jadi, total, saat itu, telah ditemukan 62,8 triliun angka desimal untuk pi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sekarang kami mengumumkan rekor baru lagi: 100 trliun digit dari bilangan pi," kata Emma dalam blog Google Cloud, Rabu 8 Juni 2022. Dia menambahkan, "Ini adalah kali kedua kami menggunakan Google Cloud untuk kalkulasi jumlah digit dari konstanta matematika ini, melipattigakan jumlah digitnya hanya dalam tiga tahun."
Tentu saja, Iwao menyatakan, tak semua orang perlu menggunakan bilangan pi yang sampai 100 triliun digit ini. Namun proses dan hasil penghitungan itu dianggapnya menunjukkan bagaimana infrastruktur fleksibel dari Google Cloud memungkinkan para peneliti di dunia untuk mendorong lebih jauh batas-batas eksperimen ilmiah.
"Ini juga sebuah contoh dari produk-produk kami yang bisa diandalkan--program yang berjalan selama lima bulan tanpa putus dan menangani setiap byte dalam diska I/O 82 PB secara akurat," katanya.
Memulainya pada Oktober 2021, kalkulasi konstanta pi yang dilakukan Iwao baru berakhir Maret 2022 lalu. Sepanjang 157 hari itu, dibandingkan dengan 121 hari yang dihabiskan pada 2019, kecepatan kalkulasinya berjalan dua kali lebih cepat dan bahkan lebih.
Menurut Iwao, dia menggunakan teknik dan perangkat yang sama. Kecepatan kalkulasi yang lebih tinggi menunjukkan bagaimana performa Google Cloud telah menjadi lebih baik sejak ada jaringan dengan bandwith 100Gbps, Persistent Disks yang diseimbangkan, dan fitur-fitur lain yang didetailkan dalam kalkulasi.
Perbedaan signifikan lain adalah jumlah data yang massif yang diproses untuk kebutuhan kalkulasi. Saat pemecahan rekor yang pertama, jaringan komputer memproses data sebesar sekitar 19 ribu TB (terabita). Yang sekarang, untuk menghitung sampai 100 triliun digit, komputer memproses data sebesar sekitar 82 ribu TB.
Iwao memverifikasi angka final yang didapat dengan algoritma lain yakni formula Bailey–Borwein–Plouffe. Proses verifikasi disebutnya momen paling menakutkan dari keseluruhan proses. "Karena tidak ada cara yang pasti mengetahui apakah kalkulasi benar sampai akhir, lima bulan setelah pertama dimulai," katanya. "Senangnya, formula Bailey–Borwein–Plouffe menemukan hasil yang kami dapat valid."
Berikut adalah 100 digit terakhir dari angka pi, yang berujung di angka nol, hasil kalkulasi Iwao tersebut:
4658718895 1242883556 4671544483 9873493812 1206904813
2656719174 5255431487 2142102057 7077336434 3095295560
THE VERGE, CLOUD.GOOGLE