Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Media sosial Friendster dikabarkan akan launching kembali. Kabar ini menyeruak setelah situs web friendster.com sudah bisa diakses. Friendster merupakan salah satu pioneer media sosial yang populer bagi anak muda sekitar tahun 2000-an.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan pantauan Tempo, pada bagian halaman depan situs terdapat tampilan berwarna putih dengan beragam foto wajah orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di halaman itu tercantum tulisan, "A New Era of Personalized Networking. Bringing it Back to the People. Rediscover the enchantment of the early social network era, now rejuvenated with a contemporary twist. Friendster is better than ever and for the people.”
Meski begitu belum ada pengumuman lebih lanjut mengenai kapan Friendster akan dapat diakses sepenuhnya oleh pengguna. Namun satu yang pasti, kabar akan kembalinya Friendster menuai antusiasme yang tinggi. Berikut adalah sejarah friendster, sosial media yang bakal kembali lagi
Sejarah Friendster
Friendster dibuat oleh Jonathan Abrams pada 2002 dan dirilis pada Maret 2003. Friendster adalah platform jejaring sosial yang memungkinkan pengguna untuk membuat profil, terhubung dengan teman, dan berbagi konten seperti media dan tautan dengan individu di jaringan sosial mereka.
Menurut Demystify Asia, Friendster bisa dianggap sebagai salah satu situs web jejaring sosial pertama.
Media sosial yang berbasis di California, Amerika Serikat ini juga awalnya hanya bertujuan memberikan kesempatan bagi orang untuk berkenalan dengan teman baru. Seiring berjalannya waktu, Friendster juga digunakan untuk mengatur acara, mencari teman kencan, serta menemukan hobi, dan minat musik baru.
Di tahun-tahun awalnya, Friendster meraih popularitas yang signifikan, terutama di Asia. Pada puncak popularitasnya, Friendster memiliki lebih dari puluhan juta pengguna terdaftar. Kesuksesannya yang awal begitu menjanjikan sehingga Google menawarkan 30 juta dolar Amerika untuk mengakuisisinya pada tahun 2003.
Namun, media sosial ini kemudian menghadapi masalah teknis dan skalabilitas seiring dengan pertumbuhan basis penggunanya yang pesat. Kehadiran jejaring sosial lain seperti MySpace dan Facebook juga menjadi tantangan karena menyebabkan penurunan basis pengguna.
Sampai akhirnya Friendster dengan cepat mulai merosot. Pada tahun 2006, platform ini kehilangan sebagian besar popularitasnya di Amerika Serikat, sementara sebagian besar penggunanya berasal dari Asia Tenggara.
Pada tahun 2009, Friendster diakuisisi oleh MOL Global, salah satu perusahaan Internet di Asia, dengan harga 26,4 juta dolar.
Pada tahun 2010, operasi Friendster ‘mati’ karena kalah saing dengan Twitter (sekarang bernama X) dan Facebook. Di tahun 2011, platform ini mengubah namanya menjadi platform permainan sosial dan menghentikan layanan jejaring sosialnya. Fokus utama Friendster beralih menjadi hiburan.
Meski sudah bukan media sosial, tapi akun pengguna sebelumnya tetap ada. Sedangkan informasi seperti foto dihapus, dan Friendster memberikan waktu bagi pengguna untuk mencadangkan data sebelum dihapus sepenuhnya.
Friendster akhirnya ditutup pada tanggal 14 Juni 2015. Platform ini tetap memiliki tempat dalam sejarah Internet sebagai salah satu pionir yang membentuk lanskap media sosial yang kita kenal saat ini.
Sejak layanan dan situs web Friendster ditutup sepenuhnya pada 2015, dan sejak itu tidak lagi dapat diakses.
RIZKI DEWI AYU