Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga survei daring, Arlington Research, mengumpulkan 10 ribu responden untuk mengeksplorasi sikap terhadap mitos digital dan keamanan data saat menggunakan perangkat teknologi. Di antara 10 ribu responden itu, 500 di antaranya berasal dari Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arlington Research ditunjuk oleh perusahaan keamanan siber global, Kaspersky, untuk mencari tahu secara langsung bagaimana pengguna teknologi memainkan perannya dalam keamanan siber, terutama ihwal data pribadi. Survei lalu dilakukan melibatkan pengguna di banyak negara: Inggris, Jerman, Prancis, Spanyol, Italia, Portugal, Brasil, Meksiko, Rusia, Kazakhstan, India, Cina, Indonesia, Turki, Arab Saudi dan Afrika Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Survei itu memunculkan praktik-praktik seperti menutup webcam perangkat digital dan menggunakan mode penyamaran internet. Dua tindakan ini masih banyak diklaim oleh pengguna teknologi mampu untuk menghindarkan mereka dari kejahatan dunia maya.
Padahal, menurut Kaspersky, dua hal itu hanya tindakan sederhana yang sama sekali tidak akan melindungi dari serangan siber. Menutup webcam perangkat digital, misalnya, dipandang sia-sia dilakukan bila data pengguna telah tersebar di banyak platform.
Sedangkan mode penyamaran internet (mode incognito), di satu sisi memang akan lebih aman dalam berjelajah. Namun fakta lain terungkap bahwa responden yang memilih menggunakan incognito, saat bermain game, menyebarkan data pribadinya dengan cuma-cuma.
"Berbagai tindakan ini mencerminkan bahwa masih menjadi sebuah tantangan untuk membedakan mana yang aman dan yang tidak. Di satu sisi pengguna sudah melakukan peningkatan keamanan digital, tapi di tempat lain, mereka membocorkannya secara sadar," kata Analis Konten Web Kaspersky, Anna Larkina, dikutip dari keterangan resminya, Selasa, 6 Agustus 2024.
Anna menjelaskan, aktivitas menutup webcam perangkat digital dilakukan oleh 49 persen responden. Lalu, sebanyak 44 persen responden yang bermain game daring mengaku mengirimkan data pribadi mereka ke sumber yang tidak dapat dipercaya.
Selain itu, Anna juga menyebut separuh dari semua pengguna khawatir bahwa asisten suara mungkin terus-menerus mendengarkan dan mengumpulkan informasi pribadi. Hampir sepertiga responden atau 28 persen lalu meresponsnya dengan terpaksa mengalihkan perangkat mereka ke mode pesawat selama percakapan pribadi yang penting.
Pada saat yang sama, 40 persen pengguna secara keliru percaya bahwa mengaktifkan mode penyamaran membuat mereka sama sekali tidak terlihat saat daring. Selain itu, yang dianggap mengejutkan, 24 persen bersedia meng-klik tautan yang tidak dikenal di messenger, padahal berpotensi membahayakan keamanan mereka.