Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Kinerja bank digital masih berpeluang ditingkatkan untuk mencetak keuntungan yang optimal.
Salah satu tolok ukur kesuksesan bank digital dalam perjalanannya adalah kemampuan menjaring nasabah baru sebanyak mungkin dan kemampuan menghimpun dana atau likuiditasnya.
Fungsi intermediasi perbankan jadi tantangan utama.
JAKARTA - Kompetisi industri perbankan digital kian ketat. Tak hanya bagi pemain baru, entitas bank digital existing pun saling adu strategi untuk memperluas jejaringnya dan meningkatkan pangsa pasar di Tanah Air.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan persaingan pasar bank digital masih sangat terbuka dan dinamis. Setiap entitas masih harus membuktikan keandalan platformnya untuk menciptakan loyalitas nasabah dalam jangka panjang. “Sekarang masih belum terlihat siapa yang paling dominan. Kalaupun ada, bisa saja dikalahkan dalam waktu dekat. Jadi benar-benar masih cair persaingannya,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Saat ini setidaknya ada sekitar 15 bank digital yang beroperasi di Tanah Air, baik yang bentukan bank konvensional, perusahaan layanan jasa keuangan, maupun perusahaan teknologi finansial. Jumlahnya diprediksi masih terus bertambah seiring dengan pesatnya perkembangan keuangan digital.
Heru menuturkan salah satu tolok ukur kesuksesan bank digital dalam perjalanannya adalah kemampuan menjaring nasabah baru sebanyak mungkin dan kemampuan menghimpun dana atau likuiditasnya. Hal tersebut bergantung pada inovasi layanan yang diberikan, kemudahan, kecepatan, keamanan, serta kenyamanan yang dirasakan nasabah. “Memang dalam perjalanannya ada yang berhasil, ada yang belum, atau biasa-biasa saja kinerjanya.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo