Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun dua bendungan kering atau dry dam di Kabupaten Bogor untuk mengantisipasi banjir yang biasa menyerang Jakarta dan sekitarnya. Kedua dry dam tersebut, yakni Bendungan Sukamahi dan Bendungan Ciawi, dikembangkan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane.
"Kedua bendungan tersebut ditargetkan selesai konstruksinya pada 2019," ujar Kepala BBWS Ciliwung-Cisadane Jarot Widioko, seperti dikutip dari siaran pers Biro Komunikasi Publik PUPR, Jumat malam, 24 November 2017.
Menurut dia, jumlah titik banjir di Jakarta bisa berkurang signifikan dengan adanya dry dam. "Jika saat ini ada 78 titik banjir di Jakarta, kehadiran dry dam bisa membuat titik banjir berkurang menjadi tinggal 38 titik saja."
Kedua bendungan itu akan menahan aliran air dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebelum sampai ke Bendung Katulampa, yang kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung. Proyek itu pun akan dipakai untuk konservasi air dan pembangunan pariwisata di Jawa Barat.
Kontrak pembangunan Bendungan Ciawi ditandatangani pada 23 November 2016 antara pihak SNVT PJSA Ciliwung Cisadane dan Abipraya-Sacna KSO sebagai pihak kontraktor. Nilai konstruksinya, kata Jarot, mencapai Rp 757,8 miliar melalui kontrak tahun jamak.
Bendungan Ciawi sendiri merupakan dry dam dengan volume tampung 6,45 juta meter kubik dan luas area genangan 29,22 hektare.
Baca: 3 Tahun Dicanangkan Jokowi, Bendungan Raknamo Siap Diresmikan
Adapun kontrak pembangunan Bendungan Sukamahi senilai Rp 436,97 miliar disepakati pada 20 Desember 2016. Pembangunan bendungan itu dikerjakan Wijaya-Basuki KSO. Bendungan Sukamahi memiliki daya tampung 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektare.
Jarot menyebut, hingga 6 November 2017, lahan Bendungan Sukamahi yang sudah bebas seluas 10,33 hektare. "Atau 22,19 persen dari kebutuhan lahan 46,56 hektare," tuturnya.
Adapun lahan Bendungan Ciawi yang sudah bebas 11,03 hektare, atau 14 persen dari kebutuhan total seluas 78,79 hektare. Pembebasan lahan kedua bendungan dilakukan dengan skema dana talangan oleh kontraktor yang akan dibayarkan melalui anggaran Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).
Jenis bendungan kering pun, menurut Jarot, merupakan hal yang unik. Infrastruktur tersebut baru terisi air hanya ketika intensitas hujan meningkat, terutama di musim penghujan.
Dua dry dam itu dipastikan kering saat musim kemarau. "Bendungan ini dibuat dengan desain Q50, berarti debit itu mungkin terjadi satu kali dalam 50 tahun. Probabilitas tercapainya debit 50 tahun adalah sekali dalam 50 tahun," ucap Jarot.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini