Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mengendalikan Harga dengan Daging Beku Impor

Pemerintah mengandalkan daging beku impor yang mulai masuk secara bertahap hingga April mendatang untuk menstabilkan harga daging sapi. Kementerian Pertanian berkeras stok dalam negeri surplus dan meminta Satgas Pangan mengusut penyebab lonjakan harga.

1 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pedagang daging sapi menunggu konsumen di Pasar Kosambi saat mati aliran listrik di Bandung, Jawa Barat, 28 Februari 2022. TEMPO/Prima mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pemerintah mengandalkan daging beku impor untuk menstabilkan harga daging sapi.

  • PT Berdikari dan Perum Bulog mulai mendatangkan daging sapi beku.

  • Kementerian Pertanian berkeras stok dalam negeri surplus.

JAKARTA - Pemerintah mengandalkan daging beku impor untuk menstabilkan harga daging sapi yang terus meningkat. Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, menyatakan pasokan akan masuk bertahap hingga April mendatang. Dengan tambahan stok tersebut, dia memastikan harga terkendali pada masa Lebaran.

Menurut Arief, pemerintah telah memberikan izin impor kepada dua perusahaan pelat merah. Salah satunya adalah PT Berdikari (Persero) yang mendapat jatah impor 40 ribu ton daging kerbau serta 20 ribu ton daging sapi sepanjang tahun ini. Stok tersebut akan tiba bertahap, dimulai dari 5.000 ton daging kerbau pada Maret. Pada April, Berdikari bakal mendatangkan 15 ribu ton daging kerbau dan 1.500 ton daging sapi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Untuk bulan depan, tambahan stok juga akan datang dari Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog). "Bulog sedang mempersiapkan kedatangan daging kerbau secara bertahap mulai akhir Februari sampai akhir Maret," katanya kepada Tempo, kemarin.

Dengan pasokan tersebut, Arief optimistis harga daging sapi bisa ditekan. Selain itu, dia memperkirakan, pasokan yang cukup akan membuat harga stabil ketika memasuki periode Ramadan dan Idul Fitri mendatang.

Harga daging sapi sejak awal tahun terus bergerak naik. Menurut Arief, kebijakan Australia yang membatasi ekspor mendorong harga sapi bakalan maupun daging sapi beku. Indonesia, yang mayoritas mengimpor dua komoditas itu dari Australia, terkena imbasnya.

Petugas membongkar daging beku impor dari Australia, di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Menurut Arief, pemerintah akan mulai duduk bersama untuk membahas strategi stabilisasi pasokan dan harga di paruh kedua tahun ini. "Kami akan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pasokan dan harga daging sapi untuk menentukan strategi di semester II nanti," ujarnya.

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Awaludin Iqbal, menyatakan Bulog memperoleh izin impor daging kerbau sejak akhir tahun lalu sebesar 20 ribu ton. Daging yang didatangkan dari India tersebut akan tiba pada akhir Februari hingga Maret. "Daging kerbau akan kami jual seharga Rp 80 ribu per kilogram," katanya.

Iqbal menyatakan daging yang telah tiba di Indonesia langsung didistribusikan dengan prioritas di kawasan Jakarta dan sekitarnya karena konsumsi di daerah tersebut paling besar.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nasrullah, menyatakan ketersediaan daging sapi serta kerbau bakal cukup sampai Lebaran. Dia mengklaim hasil pendataan dan verifikasi secara faktual menunjukkan pasokan daging sapi ataupun kerbau sepanjang Februari hingga Mei 2022 sebanyak 240.948,5 ton. Sementara itu, kebutuhannya diperkirakan sebanyak 238.211,8 ton.

Dia menyebutkan stok itu terdiri atas produksi sapi dan kerbau lokal sebanyak 564.360 ekor atau setara dengan daging 101.596,0 ton; sapi bakalan impor siap potong sebanyak 174.264 ekor atau setara dengan daging 33.404,7 ton; serta daging sapi dan kerbau beku impor sebanyak 105.947,8 ton.

“Ini artinya, secara ketersediaan, daging sapi atau kerbau hingga Mei tercukupi. Jadi, ketersediaan daging sapi atau kerbau untuk Ramadan dan Idul Fitri aman," katanya.

Menurut Nasrullah, harga daging sapi tidak seharusnya naik lantaran stok surplus. "Jika hal itu terjadi (kenaikan harga pangan), kami mohon Satgas Pangan dapat menelusuri lebih jauh para pelaku yang bermain di dalamnya," kata dia.

ANTARA | VINDRY FLORENTIN

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus