Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Penjualan Semen Tiga Roda Melambat di Kuartal I 2018

Penjualan semen Tiga Roda selama kuartal pertama 2018 mengalami pelambatan.

25 Mei 2018 | 10.53 WIB

Ilustrasi Semen Tiga Roda. sementigaroda.com
Perbesar
Ilustrasi Semen Tiga Roda. sementigaroda.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Mataram - Penjualan semen Tiga Roda selama kuartal pertama 2018 mengalami pelambatan. Jika pada periode yang sama tahun 2017 penjualan semen Tiga Roda mencapai 317 ribu ton, kali ini menurun 3.000 ton atau menjadi 314 ribu ton. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (ITP), produsen semen Tiga Roda, meraih 54,3 persen pangsa pasar semen di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Senior Operating Officer ITP Rizki Dinihari menjelaskan kondisi penjualannya sewaktu berbuka puasa di Mataram, Kamis malam, 24 Mei 2018. ''Tahun lalu kondisi penjualan lebih baik. Tapi Indocement masih memimpin pasar penjualan,'' katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penurunan penjualan semen disadari mengingat kali ini menghadapi bulan puasa dan menjelang Lebaran, selain adanya hujan, sehingga pekerjaan konstruksi melambat. Rizki mengakui bahwa sebenarnya kondisi penjualan 2-3 tahun terakhir ini memang menurun di Indonesia.

Kisaran produksi semen di Indonesia mencapai 90-95 juta ton. Sedangkan konsumsi semen 60-65 juta ton. Namun ia masih berharap pertumbuhan penjualan semen Tiga Roda bisa mencapai 6-8 persen.

Di Nusa Tenggara Barat, penjualan semen Tiga Roda tahun 2017 mencapai 1,145 juta ton atau meraih pangsa pasar 55,3 persen.

Selain kondisi penjualan, setelah berlangsungnya rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), Selasa, 22 Mei 2018, ITP juga merilis bahwa total konsumsi semen domestik Indonesia naik 6,6 persen dibanding tahun lalu. Volume penjualan semen domestik ITP tumbuh sebesar 9,6 persen dan pangsa pasar ITP tumbuh menjadi 26,4 persen di kuartal pertama 2018 dibandingkan dengan kuartal pertama 2017, yaitu 25,6 persen.

Pendapatan neto naik hanya 1,9 persen dari Rp 3.376,4 miliar menjadi Rp 3.439,5 miliar karena penurunan harga sebagai dampak persaingan yang ketat, terutama di home market dalam rangka mempertahankan pangsa pasar. Adapun laba bruto menurun 15,2 persen menjadi Rp 986,8 miliar (tahun lalu Rp 1.163,9 miliar).

Dampak dari kenaikan beban pokok pendapatan dapat didistribusikan terutama ke beban bahan bakar dan listrik sebesar Rp 172,5 miliar, yang menyebabkan penurunan lebih jauh dari margin laba bruto ITP menjadi rekor terendah sebesar 28,7 persen.

Laba usaha untuk tiga bulan pertama tahun ini turun 52,6 persen atau Rp 263,1 miliar menjadi Rp 236,7 miliar (tahun lalu Rp 499,8 miliar). Margin laba usaha turun menjadi 6,9 persen. Lebih jauh, EBITDA turun sebesar 27,7 persen dari Rp 775 miliar menjadi Rp 560,1 miliar pada triwulan pertama 2018, merefleksikan penurunan margin menjadi 16,3 persen, yang juga rekor terendah.

Biaya pengangkutan yang lebih tinggi pada triwulan pertama 2018 disebabkan oleh reparasi dan pemeliharaan besar pabrik di Tarjun yang menyebabkan ITP harus mengirimkan semen dari Citeureup untuk memenuhi permintaan pasar di Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia Timur. Pabrik di Tarjun sudah kembali beroperasi normal. Total penghasilan komprehensif periode berjalan turun 46,0 persen dari Rp 491,6 miliar menjadi Rp 265,2 miliar.

Baca berita mengenai semen lainnya di Tempo.co.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus