Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ekonomi

Berita Tempo Plus

Terhalang Keraguan Produsen Otomotif Jepang

Pemenuhan target populasi kendaraan listrik terhambat minimnya rencana elektrifikasi produsen-produsen otomotif besar.  

7 Februari 2023 | 00.00 WIB

Calon pembeli tengah melihat kendaraan listrik Wuling Air EV di Wuling Center kawasan Pondok Indah, Jakarta, 2 Desember 2022. Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Calon pembeli tengah melihat kendaraan listrik Wuling Air EV di Wuling Center kawasan Pondok Indah, Jakarta, 2 Desember 2022. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Pengembangan BEV dan PHEV di Indonesia berjalan lambat.

  • Penjualan mobil listrik didominasi pabrikan asal Cina dan Korea Selatan.

  • Kesiapan pasar menjadi kendala utama pengembangan kendaraan listrik.

JAKARTA – Pemerintah menargetkan jumlah populasi kendaraan listrik di Indonesia dapat mencapai 13 juta unit sepeda motor serta 2,2 juta unit mobil pada 2030. Namun akselerasi penambahan moda transportasi tersebut terhambat minimnya rencana elektrifikasi dari produsen-produsen otomotif besar di dalam negeri. 

Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menyatakan arah bisnis beberapa produsen otomotif besar di Indonesia tidak sejalan dengan target pemerintah. Dalam laporan yang bertajuk "Electrifying Indonesia's Road Transport", IEEFA menyatakan produsen memberi banyak pilihan kendaraan untuk konsumen, tapi kendaraan dengan elektrifikasi penuh, seperti plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) ataupun battery electric vehicle (BEV), sulit ditemukan.

"Dengan dominasi pasar mereka, kondisi ini dapat menjadi hambatan besar," ujar analis energi sekaligus penulis laporan tersebut, Putra Adhiguna, kemarin.

Putra mencatat, pasar mobil di Indonesia didominasi oleh lima produsen asal Jepang. Menurut dia, Honda, Mitsubishi, Suzuki, Toyota, dan Daihatsu menguasai 92 persen pasar mobil. Sementara itu, pasar sepeda motor dikuasai oleh Honda dan Yamaha, yang menggenggam 96 persen pangsa.  

Persoalannya, para produsen otomotif utama, khususnya mobil, lebih senang membangun kendaraan hibrida. Putra mencontohkan, sebanyak 48 dari 63 model mobil listrik yang dirilis Toyota pada tahun lalu berupa mobil hibrida. Kecondongan pada hibrida terlihat pula dari penjualan mobil global, di mana tingkat penjualan BEV atau kendaraan listrik murni hanya 0,16 persen dari total penjualan.

Putra menambahkan, pabrikan Jepang secara keseluruhan dalam 10 tahun terakhir memang tidak terlihat ikut dalam arus tren pengembangan kendaraan listrik. Nilai investasi produsen Jepang untuk kebutuhan produksi, termasuk riset dan pengembangan, lebih terfokus pada produk hibrida. Dominasi pengembangan kendaraan listrik berada di pabrikan Cina dan Eropa. 

Menurut dia, kondisi itu pula yang membuat hingga hari ini belum ada aksi bisnis yang signifikan dari produsen otomotif besar asal Jepang di Indonesia. "Pemain kendaraan listrik di dalam negeri saat ini dikuasai oleh Wuling Motors dari Cina dan Hyundai dari Korea Selatan," Putra mengungkapkan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis. Salah satu host siniar Jelasin Dong! di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus