Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Seloroh Warga Kampung Nelayan Tambak Lorok yang Memilih Bertahan Meski Dihantam Rob dan Abrasi

Kementerian PUPR membangun dua kolam retensi atau kolam penampungan seluas 8 hektare dan 12 hektare untuk mengatasi rob.

20 Juni 2024 | 11.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan tanggul laut tahap II pesisir pantai utara Semarang, Jawa Tengah, memberi harapan baru bagi warga Kampung Nelayan Tambak Lorok. Slamet Riyadi, Ketua RW 16, berharap tanggul yang ditargetkan Presiden Jokowi rampung pada Agustus 2024 itu bisa membebaskan warga dari ancaman rob.

Ia sekaligus berharap klaim Jokowi yang disampaikan usai meninjau proyek tersebut pada Senin, 17 Juni 2024, bahwa tanggul itu mampu menahan rob hingga 30 tahun, benar adanya. Pasalnya,  Slamet  berujar, warga sudah menderita dengan adanya rob dan abrasi yang selalu mengancam kampungnya.

Secara ekonomi, warga juga dirugikan karena harus berkali-kali mengurug atau meninggikan rumah agar tidak tenggelam. Belum lagi, kata Slamet, kerugian karena banyak barang elektronik rusak gara-gara kena banjir.

Sementara di sisi lain, ia menuturkan warga tidak mungkin pindah. Ia mengaku pernah beberapa kali ditanya pimpinan daerah setempat ihwal alasan tersebut. Jawaban yang sama juga beberapa kali ia sampaikan. 

“Ya guyon waton (becanda), warga Tambak Lorok siap dipindah di mana saja. Mau di Ungaran, di Salatiga, siap. Syaratnya, lautnya ikut dipindah,” kata Slamet ketika ditemui di kampungnya, Selasa, 18 Juni 2024. Ia lantas tertawa.

Slamet menyampaikan bercandaan tersebut bukan asal-asalan. Ia berujar, meninggalkan Tambak Lorok bukan perkara mudah bagi warga. Sebab, warga kampung nelayan ini sudah kadung hidup dan bergantung pada laut. Keahliannya untuk bertahan hidup pun, dengan melaut atau menjadi nelayan.

“Kalau dipindah jadi petani, apa cocok?” ucap Slamet. “Kalau dibilang, perahu bisa tetap di sini, yang menjaga siapa? Siapa yang menjamin keamanannya?”

Karena itu, saat ini, ia berharap pemerintah bisa benar-benar memberi solusi. Meskipun keberadaan tanggul laut tahap II sudah membuat situasi membaik, Slamet berujar, Tambak Lorok belum benar-benar terbebas dari rob. Pasalnya, masih ada rembesan air dari tanggul tahap I. Di RW 16, tanggul tahap pertama itu dibangun di sisi barat.

“Jadi, yang dulunya air pasang dari timur, sekarang datang dari bocoran tembok di sebelah barat,” kata dia.

Selanjutnya baca: Warga berharap pembangunan tanggul tahap II tuntas

Dari pantauan Tempo ketika datang ke RW 16 pada Selasa, 18 Juni 2024, sekitar pukul 11.20, air memang terlihat muncul di permukaan jalan. Kemudian saat Tempo beranjak meninggalkan kampung tersebut sekitar pukul 13.10, genakan air semakin meluas dan lebih dalam.

Slamet berharap setelah pembangunan tanggul tahap II tuntas, pemerintah memberi perhatian kepada tanggul laut tahap I. Ia juga berharap agar jalanan di kampungnya ditinggikan dan saluran air diperbaiki sehingga RW 16 terbebas dari hantaman rob. “Harapan kami tidak muluk-muluk,” kata dia.

Ihwal pembangunan tanggul laut Semarang, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan proyek di area seluas 56 hektare itu sudah berprogres 85 persen. Adapun panjang tanggul tersebut mencapai 3,6 kilometer.

Selain membangun tanggul laut, Basuki berujar kementeriannya membangun dua kolam retensi atau kolam penampungan seluas 8 hektare dan 12 hektare untuk mengatasi rob. Sehingga nantinya, air akan ditampung di kolam tersebut. Proyek pengendali rob dan banjir ini juga mencakup pembangunan rumah pompa dengan kapasitas 3x500 liter per detik. 

"Ada tiga pompa, 3x500 liter per detik. Dua dioperasikan, satu untuk cadangan," kata Basuki di Tambak Lorok, Senin, 17 Juni 2024. "Dengan demikian, bisa kita atasi rob."

Pemerintah menargetkan proyek ini rampung pada Agustus mendatang. Selain menjadi langkah mengatasi rob, proyek tanggul laut Semarang sekaligus untuk menata kawasan kampung nelayan. Kawasan hunian tersebut, Basuki menambahkan, akan digarap Pemkot Semarang.

Lebih lanjut, Basuki menuturkan, proyek tanggul laut Semarang nantinya bakal menjadi percontohan untuk daerah pantai utara atau Pantura lainnya. Hal ini seiring terjadinya fenomena land subsidence atau penurunan permukaan tanah di kawasan Pantura.

Pilihan EditorTerpopuler Bisnis: Pelni Pensiunkan Kapal Tua, Cerita Warga Kampung Nelayan, Rupiah Melemah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus