Warga membawa barang jarahan dari sejumlah toko di Jakarta, 13 Mei 1998 lalu. Peristiwa tewasnya 4 mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998, ternyata menimbulkan reaksi yang lebih luas. Situasi makin genting karena kerusuhan dan penjarahan makin meluas. dok.TEMPO/Rully Kesuma
Warga membawa barang jarahan dari sejumlah toko di Jakarta, 13 Mei 1998 lalu. Pada 13 dan 14 Mei 1998 aksi penjarahan terjadi di sejumlah lokasi pertokoan di Jakarta. Massa membakar rumah dan toko yang sebagian besar dimiliki etnis Tionghoa. dok.TEMPO/Rully Kesuma
Warga membawa barang jarahan dari pertokoan kawasan Matraman, Jakarta, pertengahan Mei 1998 lalu. Situasi makin tak jelas karena sejumlah pimpinan ABRI (sekarang TNI) tak berada di Jakarta saat kerusuhan terjadi. Mereka berkumpul di Malang untuk menghadiri upacara pemindahan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) dari Divisi I ke Divisi II Kostrad. dok.TEMPO/Rully Kesuma
Suasana kerusuhan dan penjarahan di kawasan Jatinegara, Jakarta, pada pertengahan Mei 1998 lalu. dok.TEMPO/Rully Kesuma
Suasana kerusuhan dan penjarahan di kawasan Jatinegara, Jakarta, 14 Mei 1998 lalu. Ketika ratusan warga menjarah pusat perbelanjaan yang saat itu terbesar di Jakarta Timur, tiba-tiba api menyambar dan membakar seisi gedung. Mereka pun ikut tewas terpanggang api. Ratusan korban tewas itu lalu dimakamkan di pemakaman massal tragedi Mei 1998 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur. dok.TEMPO/Rully Kesuma