Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Foto

Berkunjung ke Kampung Patin yang Produktif dan Inovatif di Riau

3 Oktober 2020 | 09.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto 1 dari 6

Foto udara hamparan kolam ikan patin di Kampung Patin, Desa Koto Masjid, Kampar, Riau, 10 September 2020. Sebuah desa Bernama Koto Masjid di Kabupaten Kampar lebih dikenal luas dengan sebutan Kampung Patin karena menjadi salah satu sentra ikan patin terintegrasi di Provinsi Riau. Di Kampung Patin ada slogan tiada rumah tanpa kolam ikan. ANTARA FOTO/FB Anggoro

Image of Tempo
Perbesar
Foto 2 dari 6

Sejumlah warga menimbang hasil panen ikan patin di Kampung Patin, Desa Koto Masjid, Kampar, Riau, 10 September 2020. Budidaya perikanan ikan tawar mulai dikembangkan di sana sejak 2002. Luas areal perkolaman di Kampung Patin kini mencapai 150 hektare, yang mayoritas dikelola warga setempat, dan setiap hektare bisa terdiri dari delapan kolam. ANTARA FOTO/FB Anggoro

Image of Tempo
Perbesar
Foto 3 dari 6

Sejumlah warga menimbang hasil panen ikan patin di Kampung Patin, Desa Koto Masjid, Kampar, Riau, 10 September 2020. Dalam sehari warga setempat bisa memanen 12 hingga 15 ton ikan segar, sehingga jumlah panen rata-rata mencapai 360 sampai 450 ton dalam sebulan. ANTARA FOTO/FB Anggoro

Image of Tempo
Perbesar
Foto 4 dari 6

Sejumlah ibu membelah ikan patin di tempat pengolahan ikan asap di Kampung Patin, Desa Koto Masjid, Kampar, Riau, 10 September 2020. Ikan Patin segar dijual Rp14.500 per kilogram untuk memenuhi kebutuhan pasar di Riau, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Selain itu, Kampung Patin juga merupakan contoh nyata keberhasilan pertanian ikan air tawar dari hulu hingga hilir. Sebabnya, warga berhasil menerapkan teknologi dan diversifikasi produk akhirnya. ANTARA FOTO/FB Anggoro

Image of Tempo
Perbesar
Foto 5 dari 6

Proses pemanenan ikan patin menggunakan jala di Kampung Patin, Desa Koto Masjid, Kampar, Riau, 10 September 2020. Dampak pandemi COVID-19 tidak mempengaruhi bisnis di sentra ikan patin tersebut, karena permintaan produk olahan berupa ikan asap relatif stabil. Ikan salai, yang diproduksi dengan proses pengasapan, bisa menyerap bahan baku ikan patin segar sekitar 240 ton dalam sebulan. Selain itu, warga di sana juga mengolah ikan patin jadi barang bahan makanan modern seperti abon, nuget dan bakso ikan. ANTARA FOTO/FB Anggoro

Image of Tempo
Perbesar
Foto 6 dari 6

Seorang pengunjung memotret ikan patin bakar yang jadi makanan populer di Kampung Patin, Desa Koto Masjid, Kampar, Riau, 10 September 2020. Ikan salai masih dicari pembeli karena bisa tahan hingga berminggu-minggu dan harganya relatif murah, yakni Rp70 ribu per kilogramnya. Ikan salai ini dipasarkan di Sumatera sampai mencanegara, seperti ke Brunai Darusalam, Malaysia, dan Singapura, yang dijual lewat perdagangan lintas batas. Ikan ini kerap dibuat menjadi gulai pucuk ubi, yang merupakan kuliner khas Melayu. ANTARA FOTO/FB Anggoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus