Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warga mengikuti Tradisi Dukutan di Situs Candi Menggung, Karanganyar, Jawa Tengah, 2 Oktober 2018. Tradisi Dukutan berasal dari kata Dukut, yang merupakan salah satu nama dari wuku (siklus penanggalan Jawa) yang berjumlah 28. ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Warga memanjatkan doa saat mengikuti tradisi Dukutan di Situs Candi Menggung di Kaki Gunung Lawu di Ngelurah, Tawangmangu, Jawa Tengah, 2 Oktober 2018. Dalam tradisi Dukutan, warga berjalan menuju ke atas situs Candi Menggung yang dikeramatkan warga masyarakat setempat, yang dipercaya tempat bersemayam kyai dan nyai Menggung leluhur desa. ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warga memanjatkan doa saat mengikuti tradisi Dukutan di Situs Candi Menggung, Ngelurah, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, 2 Oktober 2018. Pemuka adat dan sebagian warga memanjatkan doa di dalam punden, di Situs Candi Menggung. Doa mereka panjatkan sebagai ungkapan terima kasih kepada leluhur dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan perlindungan yang diberikan kepada seluruh warga kampung Ngelurah. ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Warga mengikuti Tradisi Dukutan di Situs Candi Menggung, Ngelurah, Tawangmangu, Karanganyar, 2 Oktober 2018. Desa kecil yang di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah itu terletak diantara perbukitan kaki Gunung Lawu dan merupakan sentra penghasil tanaman hias yang telah tersohor dan telah dikenal banyak orang. ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Warga saling lempar nasi tumpeng sesaji dalam tradisi Dukutan di Desa Ngelurah, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, 2 Oktober 2018. Usai berdoa di Situs Candi Menggung, warga pembawa sesaji makanan saling melempar sesaji makanan yang mereka bawa pada warga yang telah memadati Situs Candi Menggung. ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Warga membawa nasi tumpeng sesaji untuk dilempar ke rumah warga pada tradisi Dukutan di Desa Ngelurah, Tawangmangu, Karanganyar, 2 Oktober 2018. Selanjutnya pemuka adat dan pembawa sesaji menuju perkampungan untuk melanjutkan Perang Dukutan dengan mengarak sesaji makanan tersebut keliling kampung untuk dilemparkan ke setiap rumah penduduk. ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini