(Ki-ka) Basmairan (29), Sion (7), Eli Safan (32) dan Anugerah (31) berpose dengan persenjataan berburu di Tana' Ulen, Desa Setulang, Malinau, Kalimantan Utara, 21 Juni 2017. Mereka adalah pemuda Dayak Kenyah Uma'lung yang tinggal di Desa Setulang, Malinau, Kalimantan Utara. ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Basmairan (29) berburu di Tana' Ulen, Desa Setulang, Malinau, Kalimantan Utara, 21 Juni 2017. Mereka masih menggunakan alat tradisional seperti mandau, sumpit dan tombak terkadang memakai senapan. ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Perlengkapan sumpit yang akan dipergunakan berburu oleh pemuda Dayak Kenyah Uma'lung di Desa Setulang, Malinau, Kalimantan Utara, 21 Juni 2017. Sumpit merupakan senjata yang paling efektif, tidak mengeluarkan bunyi namun mematikan. Sumpit biasanya terbuat dari kayu Ulin yang panjangnya bisa mencapai tiga meter dan bisa digunakan sebagai tombak. Sementara anak sumpit terbuat dari bilah bambu yang diolesi getah beracun. ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Eli Safan (32) bersama Anugerah (31) beserta anjing peliharannya berada di atas perahu menuju tempat berburu di Tana' Ulen, Desa Setulang, Malinau, Kalimantan Utara, 21 Juni 2017. Bagi masyarakat Dayak, kegiatan berburu biasanya dilakukan selepas musim panen dan dilakukan secara berkelompok, hasil buruannya pun tidak dijual tetapi dibagi sesuai kebutuhan yang ikut berburu. ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Eli Safan (31) menggunakan sumpit ketika berburu di Tana' Ulen, Desa Setulang, Malinau, Kalimantan Utara, 21 Juni 2017. Saat ini tradisi berburu masih sering dilakukan warga di desa itu, selain berladang dan beternak sebagai mata pencahariannya. ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Eli Safan (32) berburu di Tana' Ulen, Desa Setulang, Malinau, Kalimantan Utara, 21 Juni 2017. Masyarakat Dayak yang bermukim di Desa Setulang berharap kearifan lokal yang mereka jaga dapat lestari hingga anak cucu mereka dan hutan adat tetap terjaga, walau pun saat ini beberapa perusahaan menginginkan hutan tersebut untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit. ANTARA FOTO/Zabur Karuru