Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Emmanuelle Lteif Khnaisser, yang sedang melahirkan saat ledakan di pelabuhan Beirut, memberikan bayinya George kepada Kepala Residen Obstetri di Pusat Medis Universitas Rumah Sakit Saint George, Stephanie Yacoub, saat memeriksanya di rumahnya di Jal el- Dib, Lebanon, 12 Agustus 2020. REUTERS/Hannah McKay
George Khnaisser, yang lahir pasca ledakan di pelabuhan Beirut saat berada di rumahnya di Jal el-Dib, Lebanon, 12 Agustus 2020. REUTERS/Hannah McKay
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Emmanuelle Lteif Khnaisser, memegang bayinya George yang lahir saat ledakan di pelabuhan Beirut saat berada di rumahnya di Jal el-Dib, Lebanon, 12 Agustus 2020. REUTERS/Hannah McKay
Bayi bernama George, yang dilahirkan saat rumah sakit terkena guncangan akibat ledakan di pelabuhan Beirut, Lebanon, 4 Agustus 2020. Emmanuelle sempat dibawa ke koridor oleh petugas rumah sakit takut terjadi ledakan susulan. Edmound Khnaisser/via REUTERS
Petugas rumah sakit menggunakan senter ponsel saat proses persalinan bayi bernama George saat terjadinya ledakan di pelabuhran Beirut, Lebanon, 4 Agustus 2020. Ledakan besar yang melukai 6.000 orang dan menewaskan lebih dari 170 orang di Beirut pada 4 Agustus lalu. Edmound Khnaisser/via REUTERS
Emmanuelle Lteif Khnaisser, menggendong bayinya George di rumahnya setelah menjalani proses persalinan saat terjadinya ledakan di at the family home in Jal el-Dib, Lebanon, August 12, 2020. Pada 4 Agustus lalu terjadi ledakan yang diduga akibat 2.750 ton amonium nitrat. REUTERS/Hannah McKay
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini