Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jane Laut (25) seorang penduduk transgender Marawi mencoba sebuah tirai untuk dijadikan gaun di dalam rumah temannya di Saguiaran, Filipina selatan, 20 Oktober 2017. Seorang transgender yang tinggal di kota bermayoritas Islam ini harus hidup dalam tekanan dan diskriminasi berat. (Jes Aznar/Getty Images)
Seorang transgender, Abnaim Malud (18) yang merupakan penduduk Marawi, mencoba sebuah tirai untuk dijadikan gaun di Saguiaran, Filipina selatan, 20 Oktober 2017. Usai pasukan ISIS Maute menguasai kota Marawi, kini Abnaim tinggal sebagai pengungsi internal (IDP) di sebuah kota yang berdekatan dengan kota Marawi. (Jes Aznar/Getty Images)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang LGBT, Abnaim Malud (18) yang berasal dari Marawi, mencoba sebuah tirai untuk dijadikan gaun di Saguiaran, Filipina selatan, 20 Oktober 2017. Lesbian, gay, biseksual, dan transgender di pulau Mindanao di Filipina Selatan telah diketahui menghadapi ancaman berbasis gender dan kekerasan dari pasukan ISIS Maute. (Jes Aznar/Getty Images)
Seorang LGBT, Jane Laut merias wajahnya di Saguiaran, Filipina selatan, 20 Oktober 2017. Sejak 2012, sudah terdapat sepuluh lesbian, gay, biseksual, dan transgender yang dibunuh di pulau Mindanao di Filipina Selatan. (Jes Aznar/Getty Images)
Sejumlah alat rias milik kaum LGBT jelang berdandan di Saguiaran, Filipina selatan, 20 Oktober 2017. Sebagian kaum LGBT telah menerima ancaman pembunuhan melalui surat bahwa mereka harus menghentikan homoseksualitas mereka atau jika tidak mereka akan terbunuh. (Jes Aznar / Getty Images)
Sejumlah LGBT menyobakan kain tirai yang dijadikan sebagai alat rias milik kaum LGBT jelang berdandan di Saguiaran, Filipina selatan, 20 Oktober 2017. Seorang LGBT mengutarakan, "Kami tidak melakukan kesalahan, beberapa orang menyalahkan kami bahwa Marawi dibakar oleh ISIS karena Tuhan sedang mencoba untuk menghukum kota ini karena dosa-dosa kita." (Jes Aznar / Getty Images)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini