Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Puluhan anggota Jaringan Ham dan Keberagaman saat upacara bendera HUT RI ke 67 di Dalam Notoprajan, Yogyakarta, (17/8/2012). Dengan ini, para anggota yang terdiri dari waria, kaum lesbian, gay, bisexual, transsexual dan rohaniwan-rohaniwati, ingin menunjukkan semangat nasionalisme meskipun dianggap tidak normal. TEMPO/Suryo Wibowo
Puluhan anggota Jaringan Ham dan Keberagaman saat upacara bendera HUT RI ke 67 di Dalam Notoprajan, Yogyakarta, (17/8/2012). Dengan ini, para anggota yang terdiri dari waria, kaum lesbian, gay, bisexual, transsexual dan rohaniwan-rohaniwati, ingin menunjukkan semangat nasionalisme meskipun dianggap tidak normal. TEMPO/Suryo Wibowo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Puluhan anggota Jaringan Ham dan Keberagaman saat upacara bendera HUT RI ke 67 di Dalam Notoprajan, Yogyakarta, (17/8/2012). Dengan ini, para anggota yang terdiri dari waria, kaum lesbian, gay, bisexual, transsexual dan rohaniwan-rohaniwati, ingin menunjukkan semangat nasionalisme meskipun dianggap tidak normal. TEMPO/Suryo Wibowo
Puluhan anggota Jaringan Ham dan Keberagaman saat upacara bendera HUT RI ke 67 di Dalam Notoprajan, Yogyakarta, (17/8/2012). Dengan ini, para anggota yang terdiri dari waria, kaum lesbian, gay, bisexual, transsexual dan rohaniwan-rohaniwati, ingin menunjukkan semangat nasionalisme meskipun dianggap tidak normal. TEMPO/Suryo Wibowo
Puluhan anggota Jaringan Ham dan Keberagaman saat upacara bendera HUT RI ke 67 di Dalam Notoprajan, Yogyakarta, (17/8/2012). Dengan ini, para anggota yang terdiri dari waria, kaum lesbian, gay, bisexual, transsexual dan rohaniwan-rohaniwati, ingin menunjukkan semangat nasionalisme meskipun dianggap tidak normal. TEMPO/Suryo Wibowo
Puluhan anggota Jaringan Ham dan Keberagaman saat upacara bendera HUT RI ke 67 di Dalam Notoprajan, Yogyakarta, (17/8/2012). Dengan ini, para anggota yang terdiri dari waria, kaum lesbian, gay, bisexual, transsexual dan rohaniwan-rohaniwati, ingin menunjukkan semangat nasionalisme meskipun dianggap tidak normal. TEMPO/Suryo Wibowo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini