Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anak buah kapal dari Myanmar mengangkut ikan ke atas kapal berbendera Thailand di Benjina, Indonesia, 27 November 2014. Tim Associated Press melakukan penyelidikan kerja paksa dan perdagangan industri perikanan di Asia Tenggara selama setahun. AP/APTN
Pekerja bernama Maung Soe dari Myanmar memegang salinan buku pelaut palsu yang diterimanya sebelum naik sebuah kapal penangkap ikan Thailand, di Benjina, Indonesia. Pekerja ilegal diberikan dokumen palsu karena kapal Thailand tidak bisa menyewa kru tidak berdokumen. AP/APTN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pekerja Thailand dan Burma duduk di dalam "kurungan" kecil dari sebuah perusahaan perikanan di Benjina, Indonesia, 22 November 2014. Pekerja ini dianggap akan melarikan diri, dan baru dilepaskan saat kembali bekerja ke laut. Para nelayan ini dibayar sedikit atau tidak sama sekali. AP/Dita Alangkara
Kondisi ruang tidur nelayan Myanmar ketika kapalnya berlabuh di dermaga Benjina, Indonesia, 27 November 2014. Mereka menghabiskan mingguan, bahkan berbulan-bulan bekerja hingga 22 jam sehari di laut. Organisasi Internasional Migrasi dan Kepolisian Kelautan Indonesia telah berusaha memindahkan mereka dari Benjina. AP/APTN
Mantan nelayan, Hla Phyo, berdiri di samping kuburan nelayan Burma yang meninggal di atas kapal, di sebuah pemakaman di Benjina, Indonesia, 26 November 2014. Ia menyaksikan beberapa orang tewas setelah melompat ke dalam air untuk menarik jaring dan mendapatkan pukulan oleh awak Thailand. AP/APTN
Pekerja memasukkan ikan ke kapal kargo menuju Thailand di Benjina, Indonesia, 22 November 2014. Menurut Badan Cukai A.S beberapa perusahaan ikan Thailand ini telah memasok produk ke negaranya. AP/Dita Alangkara
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini