Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tidak terasa sudah hari ke sepuluh bulan Ramadan, artinya masih 20 hari lagi umat muslim akan merayakan Hari Raya Idul Fitri 2020. Salah satu tradisi saat Idul Fitri adalah membeli dan memakai baju Lebaran. Namun, dengan merebaknya pandemi Covid-19 serta penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB yang mengubah beberapa lini kehidupan, apakah hal tersebut turut memengaruhi daya beli masyarakat?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berdasarkan sejumlah narasumber yang dihimpun Tempo.co Jumat 1 Mei 2020, tahun ini membeli baju Lebaran tidak lagi menjadi kebutuhan belanja utama. Hal itu dikatakan oleh warganet Evy Ratnasari, yang tidak memiliki rencana beli baju baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Selain hemat, mengingat kondisi perekonomian yang entah bagaimana nantinya, saatnya melakukan penghematan ke hal yang benar-benar lebih dibutuhkan. Betul kita butuh baju tapi coba kita tengok di lemari apakah benar-benar tidak ada baju yang layak dipakai untuk Lebaran kali ini? Saat ini saya lebih butuh daster karena kelamaan di rumah keseringan pake daster, tapi itu pun nanti-nanti dulu, selama masih ada baju di lemari yang masih bisa dan layak dipakai ya dipakai saja," ucapnya.
Begitupun dengan Widya Suwito yang mengatakan jika setiap Lebaran ia jarang beli baju. Jika membeli pun itu untuk anak-anak saja menjadi semacam reward. "Kayaknya tahun ini model bergeser ke dasteran aja, pake daster model gamis jadi kalau ada tamu tinggal kerudungan, karena saya tidak mudik dan hidup di rantau tanpa saudara," ucapnya.
Berbeda dengan Novianasta Ika Yuliana yang memilih tetap beli baju karena memang biasanya momen beli baju menjelang lebaran. "Meskipun demikian, insya Allah masih di-sisihkan buat kasih parcel sembako buat orang-orang terdekat, misal tukang becak langganan atau mantan asisten rumah tangga. Memang tahun ini serba susah, tapi insya Allah tetep bagi-bagi buat menyenangkan anak dan berbagi walau sedikit,"ucapnya.
Sementara itu desainer modest Indonesia dan Founder Lace by Artkea Tini Sardadi dan Alma Sardadi mengatakan jika saat ini produksi menyambut Lebaran memang harus diperhitungkan, terlebih saat ini pihaknya telah terikat kerjasama kontrak dengan salah satu e-commerce untuk koleksi lebaran.
Tini dan Alma memiliki pendapat jika untuk tahun ini terdapat tantangan baru di dunia fashion sebagai akibat dari pandemi. Kalau dulu banyak didominasi abaya, kaftan, dan lengan panjang, sekarang yang multifungsi misalnya outer, short vest, dan long outer.
"Jadi bisa dipadu padankan dengan item fashion yang lain, bisa dipakai juga setelah lebaran untuk kerja di rumah," ucap Tini dalam Bazaar Live Instagram bertema "Adakah Pergeseran Busana Idul Fitri Tahun Ini?" Kamis 30 April 2020.
Menurut Tini, fashion harus menyesuaikan dengan kondisi sekarang yakni stay at home oriented dan social distancing. Kalau busana dari bahan lace terlalu occasional, jadi koleksi lebih relevan dengan kondisi masa kini. Meski demikian Tini masih optimis dengan daya beli masyarakat walau pemilihan jenis busana akan bergeser. Misalnya mengurangi busana dengan kombinasi bahan dan tidak pakai payet dan lace, tapi pilih bahan lebih nyaman untuk dikenakan di rumah.
"Di hari Lebaran nanti walau tidak ada kontak fisik namun kita masih bisa silaturahmi lewat media sosial, kirim-kirim foto dan bisa dibilang ingin pakaian yang menarik sebagai cara mengapresiasi diri sendiri dengan baju yang proper tapi tidak mewah. Kalau di rumah kita tidak membutuhkan busana yang berat/bold jauh lebih ringan, lebih suka yang bahan santai dan kasual," ucap Alma.