Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Buat penggemar fotografi, Festival Lembah Baliem adalah salah satu festival yang wajib dikunjungi.
Festival Lembah Baliem sering disebut sebagai Destinasi impian para fotografer budaya. Atraksi Perang antar-suku. Tempo/Rully Kesuma
Festival tahunan ini sudah berlangsung sejak tahun 1989. Pada awalnya hanya wisatawan asing yang sering datang melihat budaya dan keindahan alam di kawasan pegunungan Jayawijaya, Papua ini. Mahalnya tiket pesawat, minimnya fasiltas akomodasi, jaraknya yang jauh dan kurangnya informasi membuat hanya wisatawan yang mempunyai minat khusus saja yang berkunjung kesana.
Tapi seiring meningkatnya minat wisata, penerbangan murah, akomodasi yang cukup banyak, kini banyak wisatawan Nusantara yang datang ke Papua.
Baca juga: Memotret Budaya Papua, Mengapa Harus ke Festival Lembah Baliem?
Festival yang berlangsung selama tiga hari ini menampilkan semua budaya masyarakat suku Dani, Lani, dan Yali. Atraksi Perang Suku yang selalu terjadi karena sengketa tanah, wanita, mau pun hewan peliharaan ini menjadi atraksi utama.
Warisan budaya masyarakat secara turun temurun lainnya seperti Bakar batu, Karapapan Anak babi, Tarian tradisional, lomba anyaman dan lain lainnya menjadi acara yang tidak boleh dilewatkan. Semua atraksi itu disajikan para pria- wanita menggunakan pakaian tradisionalnya.Suku Yali di Festival Lembah Baliem. Tempo/Rully Kesuma
Jika biasanya wisatawan dimintai uang saat memotret warga Papua yang menggunakan koteka, maka selama berada dalam area festival ini, fotografer bebas memotret tanpa harus membayar. Agar hasil fotografi Anda maksimal saat acara tersebut berlangsung,simak 10 tipsnya dulu berikut ini. Baca juga: Sumpah Pemuda 2017, Ini Musuh Pemuda Zaman Sekarang
Tips Melakukan pemotretan di Festival Lembah Baliem.
- Lakukan riset mengenai budaya masyarakat setempat. Memudahkan kita untuk berinteraksi dan menghindari gesekan budaya.
- Rencanakan Tempat yang akan dikunjungi. Lembah Baliem bukan hanya acara festivalnya saja yang menarik tapi alamnya menyajikan keindahan yang berbeda dengan daerah lainnya. Melakukan trekking di punggungan bukit memberikan sensasi yang mengasyikan. Jangan lupa mengunjungi desa wisata melihat kehidupan sehari-hari penduduk asli dan melihat mumi yang telah berusia ratusan tahun.
- Pesan tiket dan akomodasi jauh-jauh hari. Festival ini merupakan acara yang ditunggu tunggu, jangan heran jika wisatawan asing sudah memesan hotel setahun sebelumnya.
- Bawa Memory Card Berkapasitas Besar. Jangan sia-siakan kesempatan memotret acara yang menarik ini, rekamlah momen sebanyak banyaknya. Kapan lagi bisa hunting foto di daerah terpencil.
- Bawa Perlengkapan foto yang Memadai. Membawa dua body kamera untuk lensa panjang dan lensa pendek agar tidak kehilangan momen saat mengganti lensa.Kalau memungkinkan buatlah rekaman video
- Mintalah Susunan Acara. Memudahkan untuk memilih acara yang akan diliput.
- Bersikap Ramah. Tersenyum merupakan langkah awal untuk mengajak berkomunikasi. Sebaiknya meminta ijin memotret jika subjeknya sedang tidak melakukan atraksi. Kadangkala ada beberapa orang meminta uang karena sengaja datang dengan berpenampilan menarik untuk menjadi model foto.
- Bawa Permen atau Rokok. Kedua benda tersebut merupakan alat membuka komunikasi dengan anak-anak dan dewasa.
- Selalu menjaga Jarak di Lokasi Acara. Pada aktraksi Perang antar Suku, biasanya peserta menembakkan anak panah dan tombak ke segala arah. Selain menghindari terluka terkena panah juga agar tidak menghalangi pandangan penonton lainnya.
- Ikut Trip Bersama. Ada guide yang mengatur jadwal,berkomunikasi dengan penduduk setempat, dan menyiapkan akomodasi selama disana. Biaya juga bisa dihemat .
RULLY KESUMA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini