Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Marah adalah respons alami dan naluriah dari dalam diri ketika menghadapi suatu ancaman dan merupakan hal biasa. Akan tetapi, kemarahan bisa menjadi masalah ketika Anda sulit untuk mengendalikannya. Marah terkadang bisa menyebabkan perkataan buruk atau bahkan menimbulkan kelakuan yang Anda sesali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa penyebab timbulnya rasa marah mungkin berasal dari kondisi atau gangguan kesehatan. Agar seseorang tidak mudah marah, maka diperlukan pengendalian emosi agar terkendali. Untuk kondisi yang parah terkadang dibutuhkan pengobatan untuk membantu mengendalikannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari healthline.com, sebuah studi pada 2010 menemukan bahwa kemarahan yang tidak terkendali berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Rasa marah bisa berubah menjadi kekerasan verbal atau fisik. Tentu kemarahan tersebut mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar.
Terdapat banyak hal yang bisa memicu kemarahan antara lain seperti stres, masalah keluarga, dan masalah keuangan. Kemarahan sendiri tidak dianggap sebagai kelainan, tetapi dalam beberapa kondisi, kemarahan adalah gejala kesehatan mental.
Untuk mengetahui lebih jelas penyebab orang mudah marah, berikut ini adalah beberapa alasan seseorang sering marah yang bisa Anda ketahui.
1. Depresi
Orang yang mudah marah bisa jadi mengidap gejala depresi. Selain marah, gejala depresi ditandai dengan perasaan sedih dan kehilangan minat yang berlangsung terus-menerus setidaknya selama dua minggu. Meski begitu, tiap orang memiliki intensitas kemarahan. Mereka pun mengungkapkan amarahnya dengan cara yang bervariasi.
Jika Anda mengalami depresi, Anda mungkin mengalami gejala lain, meliputi sifat mudah marah, kehilangan energi, perasaan putus asa, pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
2. Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
OCD adalah gangguan kecemasan yang ditandai dengan pikiran obsesif dan perilaku kompulsif. Seseorang dengan OCD memiliki pikiran, dorongan, atau gambaran yang mendorong mereka untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Misalnya, mereka mungkin melakukan kegiatan tertentu, seperti menghitung angka atau mengulangi kata atau frasa, karena keyakinan irasional bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi jika mereka tidak melakukannya.
Sebuah studi menemukan bahwa orang yang menderita OCD memiliki gejala umum mudah marah. Kemarahan mungkin timbul dari rasa frustasi terhadap ketidakmampuan diri untuk mencegah pikiran obsesif dan perilaku kompulsif.
3. Penyalahgunaan Alkohol
Penelitian menunjukkan bahwa minum alkohol meningkatkan rasa emosi. Penyalahgunaan alkohol, seperti konsumsi alkohol secara berlebihan diyakini dapat merusak kemampuan untuk berpikir jernih dan membuat keputusan yang rasional. Ini mempengaruhi kendali pikiran dan bisa membuat kemampuan mengendalikan emosi semakin sulit.
4. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan gejala seperti kurangnya perhatian, hiperaktif, dan/atau impulsif. Gejalanya bisa dimulai pada masa kanak-kanak dan berlanjut sepanjang hidup seseorang. Orang dengan ADHD memiliki gejala berupa sering marah dan temperamen. Gejala lain pengidap ADHD antara lain gelisah, masalah fokus, keterampilan manajemen waktu atau perencanaan yang buruk.
5. Oppositional Defiant Disorder (ODD)
Dilansir dari laman healthline.com, Oppositional Defiant Disorder (ODD) adalah gangguan perilaku yang secara umum diidap oleh usia anak sekolah. ODD mempengaruhi 1 sampai 16 persen anak usia sekolah. Gejala umum ODD meliputi amarah, mudah marah. Anak-anak dengan ODD seringkali mudah terganggu oleh orang lain. Mereka mungkin suka menantang dan argumentatif.
6. Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar adalah gangguan otak yang menyebabkan perubahan dramatis dalam suasana hati Anda. Pengidap bipolar akan merasakan perubahan suasana hati yang intens hingga depresi. Meski begitu, tidak semua orang depresi mengalami bipolar. Penderita bipolar mungkin mudah tersinggung dan cepat marah.
Selain itu, penderita bipolar juga mudah gelisah, merasa euphoria, memiliki pikiran balap, terlibat dalam perilaku impulsif atau sembrono. Penderita juga dapat merasa sedih, putus asa, atau menangis, kehilangan minat pada hal-hal yang pernah dinikmati, memiliki pikiran untuk bunuh diri.
7. Intermittent Explosive Disorder (IED)
Seseorang dengan gangguan eksplosif intermiten (IED) memiliki episode perilaku agresif, impulsif, atau kekerasan yang berulang. Penderitanya mungkin akan bereaksi berlebihan dengan amarah yang meledak-ledak ketika dihadapkan dengan situasi tertentu.
Untuk penderita IED, mungkin kelakuan tersebut bisa terjadi lebih dari 30 menit dan muncul tanpa peringatan. Orang dengan gangguan tersebut mungkin sering merasa mudah tersinggung dan marah. Beberapa perilaku umum meliputi, amarah, sering beradu argumentasi, berkelahi, kekerasan fisik, melempar barang, Orang dengan IED mungkin merasa menyesal atau malu setelah mengalami kelakuan tersebut.
8. Merasa Sedih
Kemarahan adalah salah satu tahap kesedihan. Kesedihan bisa datang karena kematian orang yang dicintai, perceraian atau perpisahan, atau kehilangan pekerjaan. Kemarahan dapat ditujukan kepada orang yang meninggal, orang lain yang terlibat dalam peristiwa tersebut, atau benda mati. Gejala kesedihan lainnya termasuk terkejut, mati rasa, kesalahan, kesedihan, kesendirian dan takut.
9. Kurang Tidur
Penyebab orang mudah marah lainnya mungkin karena kurang tidur. Tak banyak yang menyadari bahwa kurang tidur dan kelelahan bisa menyebabkan emosi meledak. Kurang tidur bisa membuat otak ikut lelah sehingga membuat kinerja menurun. Akibatnya, Anda akan sulit berkonsentrasi, sering bingung, sulit berpikir jernih, serta susah mencerna informasi baru.
10. Gangguan Dysphoric Pre Menstruasi
Sepertinya sudah jadi rahasia umum jika wanita akan menjadi mudah marah dan mengalami perubahan suasana hati ekstrem saat menjelang haid. Hal tersebut bisa terjadi karena Pre-menstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Hal ini termasuk dalam gangguan emosi dan fisik yang dialami wanita sebelum masa menstruasi.
Gangguan ini bahkan lebih parah dari premenstrual syndrome (PMS) atau sindrom pre menstruasi. Orang yang menderita PMDD akan mengalami gejala yang serupa dengan PMS yaitu kram perut, pembengkakan payudara, dan mudah lelah. Namun PMDD menimbulkan perubahan mood yang lebih parah sehingga bisa mengganggu aktivitas sehari-hari serta kehidupan sosial.
Pilihan Editor: 5 Tips Dasar Ajarkan Anak Manajemen Amarah Sejak Dini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
RIZKI DEWI AYU