Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ultra Processed Food, dalam beberapa literatur disebut dengan alias makanan instan, kerap kali dikaitkan dengan 32 masalah kesehatan. Dengan bukti paling spesifik jika dikonsumsi terus-menerus, berkaitan dengan penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan masalah kesehatan mental umum seperti kecemasan dan depresi.
Dilansir dari CNA Life Style, Carlos Monteiro, seorang ahli epidemiologi nutrisi di Brasil, mengembangkan sistem klasifikasi makanan yang disebut Nova. Sistem Nova mengurutkan makanan ke dalam empat kategori:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Makanan yang Tidak Diolah atau Diproses secara Minimal, seperti buah-buahan dan sayuran baik dalam keadaan beku ataupun segar, kacang-kacangan, daging, unggas, ikan, telur, susu, yoghurt tawar, nasi, pasta, tepung jagung, kopi, teh, serta bumbu dan rempah-rempah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
2. Olahan bahan kuliner, seperti minyak goreng, mentega, gula pasir, madu, cuka dan garam
3. Pangan olahan yang dibuat dengan menggabungkan pangan kategori 1 dengan bahan kategori 2 dengan mengawetkan atau memodifikasinya dengan cara pengalengan, fermentasi, pemanggangan. Kelompok ini mencakup roti yang baru dipanggang, sebagian besar keju dan sayuran kaleng, kacang-kacangan dan ikan.
4. Makanan Ultraproses yang dibuat menggunakan metode industry dan bahan-bahan yang biasanya tidak ditemukan di toko bahan makanan seperti sirup jagung fruktosa tinggi, minyak terhidrogenasi. Serta mengandung bahan tambahan seperti perasa, pewarna atau pengemulsi untuk membuatnya tampak lebih menarik dan enak.
Menurut penelitian yang dilakukan di 2024 dengan tajuk Ultra-processed Food Exposure and Adverse Health Outcome: Umbrella Review of Epidemiological Meta Analysis, yang dilakukan dengan cara studi observasional, ditemukan bahwa Ultra Processed Food dikaitkan dengan 32 masalah kesehatan, dengan bukti paling spesifik berkaitan dengan penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan masalah kesehatan mental umum seperti kecemasan dan depresi.
Sementara Lauren O’Connor, seorang ilmuwan nutrisi dan ahli epidemiologi yang sebelumnya bekerja di Departemen Pertanian dan Institut Kesehatan Nasional berpendapat bahwa memang benar ada korelasi antara makanan dengan penyakit kronis, tapi bukan berarti UPF secara langsung menyebabkan memburuknya kesehatan.
Dengan masih banyaknya pendapat yang bersileweran, rata-rata pendapat makanan ultraproses tidak sehat diketahui paling mendominasi. Banyak ahli menganggap UPF menjadi tidak sehat dikarenakan sifatnya yang murah, mudah ditemukan, dan enak seringkali menggantikan makanan sehat dari konsumsi sehari-hari.
Namun walaupun demikian tidak dipungkiri bahwa makanan UPF memang berdampak terhadap kesehatan. Masyarakat semakin mudah untuk makan berlebihan dikarenakan makanan UPF mengandung kombinasi karbohidrat, gula, lemak, dan garam yang sulit ditolak bagi beberapa orang, ditambah dengan kalori yang tinggi serta mudah dikunyah, UPF menjadi primadona diantara makanan lainnya.
Para ahli lebih menyarankan masyarakat untuk membatasi makanan ultra proses alias makanan instan yang tidak memberikan nutrisi berharga untuk dikonsumsi seperti soda dan kue serta disarankan untuk lebih mengonsumsi seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
Dilansir dari Healthline, berikut makanan dan minuman yang dikategorikan sebagai UPF:
- Sereal sarapan yang berasa manis
- Soda
- Keripik kentang perasa
- Roti putih
- Ayam goreng
- Permen dengan komposisi yang panjang
- Minuman kopi beku dengan komposisi beragam
- Minuman energi
- Kerupuk keju dengan perasa
- Granola Batangan dengan tambahan gula dan pengawet
Pilihan editor: Terpaksa Buka Puasa di Jalan? Pilih Makanan Instan yang Aman