Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi mudah tersinggung juga lekas marah menandakan temperamental. Sikap temperamental ini juga menyebabkan kepribadian yang sulit mengendalikan kemarahan. Orang yang temperamen suka membentak dan melakukan kekerasan fisik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemarahan di luar batas bisa menyebabkan bekas luka yang mendalam terhadap orang-orang yang dicintai, terutama anak, pasangan, orang tua, dan kerabat. Orang lain akan sulit mempercayai, berbicara jujur, dan susah merasa nyaman. Tak ada penyebab pasti seseorang menjadi temperamen. Tapi, temperamental bisa dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya lingkungan, pengasuhan, dan kebiasaan.
Mengendalikan diri agar tak temperamental
1. Berpikir sebelum berbicara
Merujuk Mayo Clinic, ketika marah sebaiknya meluangkan waktu sejenak untuk mengumpulkan pikiran sebelum mengatakan apa pun. Beri kesempatan orang lain dalam situasi itu untuk melakukan hal yang sama.
2. Berucap kekesalan setelah tenang
Setelah berhasil berpikir jernih, ungkap rasa kesal secara tegas, tapi tidak provokatif. Segala yang dirasakan bisa tersampaikan tanpa perlu menyakiti orang lain.
3. Menulis
Mengutip dari Lifehacker, menulis segala hal yang memicu kemarahan dan cara mengatasinya menjadi evaluasi diri. Sebaiknya menulis juga reaksi orang-orang terhadap perilaku diri saat marah.
4. Mengingat kenangan lucu
Ketika amarah meningkat karena sesuatu yang kecil, mengingat kenangan lucu bersama keluarga atau teman. Mengingatkan diri sendiri, ledakan amarah tidak akan membuat segalanya menjadi lebih baik.
5. Tak membuang waktu untuk marah
Sebaiknya tak membuang waktu untuk marah terhadap peristiwa yang sudah berakhir dan tidak bisa diubah. Itu akan membuat hidup menjadi lebih sulit setiap hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.