Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Menyukai film horor ternyata ada teorinya. Salah satunya disebutkan peneliti di departemen ilmu pengetahuan dan pendidikan kesehatan Emory University, James B. Weaver III PhD di laman WebMD. Dikatakan bahwa banyak anak muda mungkin tertarik pada film seram tersebut hanya karena orang dewasa mengerutkan kening pada film tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bagi orang dewasa, rasa ingin tahunya pada film horor dianggap seperti jenis yang sama yang menyebabkan kita terpaku pada kecelakaan di jalan raya. Manusia mungkin memiliki kebutuhan bawaan untuk tetap waspada terhadap bahaya di lingkungan kita, terutama jenis yang bisa membahayakan tubuh kita, katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun teori lain menunjukkan bahwa orang mungkin mencari hiburan yang kejam sebagai cara untuk mengatasi ketakutan atau kekerasan yang sebenarnya. Profesor komunikasi dari Universitas Purdue, Glenn Sparks menunjukkan pada sebuah studi yang mengungkap bahwa tak lama setelah pembunuhan seorang mahasiswa di sebuah komunitas, ketertarikan pada sebuah film tentang pembunuhan berdarah dingin meningkat, baik di kalangan wanita di asrama siswa maupun di masyarakat luas.
Baca juga:Pemicu Gangguan Jiwa pada Pekerja, Wanita dan Pria Berbeda
Salah satu penjelasan populer tentang film-film menakutkan, yang diungkapkan oleh novelis horor Stephen King, adalah bahwa mereka bertindak sebagai semacam katup pengaman untuk impuls kejam atau agresif kita. Implikasi dari gagasan ini, yang oleh para akademisi dijuluki "katarsis simbolis," adalah bahwa menyaksikan kekerasan menghalangi kebutuhan untuk mewujudkannya.
Sayangnya, efeknya mungkin lebih dekat dengan yang sebaliknya. Mengkonsumsi media kekerasan lebih cenderung membuat orang merasa lebih bermusuhan, memandang dunia seperti itu, dan dihantui oleh gagasan dan gambar kekerasan.
Dalam sebuah risetnya, Weaver menunjukkan film-film kekerasan yang serampangan (dengan bintang seperti Chuck Norris dan Steven Seagal) kepada mahasiswa selama beberapa malam berturut-turut. Keesokan harinya, saat mereka melakukan tes sederhana, asisten peneliti memperlakukan mereka dengan kasar.
Para siswa yang telah menyaksikan film-film kekerasan tersebut menyarankan hukuman yang lebih keras untuk asisten kasar daripada siswa yang telah menonton film-film non-kekerasan. "Menonton film-film ini benar-benar membuat orang lebih sensitif dan lebih menghukum," kata Weaver. "Film horor atau menyeramkan benar-benar bisa mensponsori gagasan bahwa agresi atau kekerasan adalah jalan untuk menyelesaikan konflik."