Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan didesak oleh Komisi IX DPR RI untuk memastikan kelengkapan alat antropometri sudah didistribusikan ke seluruh Posyandu di Tanah Air. Desakan ini dinilai dapat membantu pencegahan stunting sejak dini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan memastikan alat antropometri terdistribusi ke seluruh posyandu dan ultrasonografi terdistribusi ke seluruh puskesmas," kata Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Antara, desakan ini merupakan hasil keputusan dari rapat kerja Komisi IX DPR bersama Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo. Pokok pembahasan tersebut juga selaras dengan program penurunan stunting yang akan dijalankan nantinya.
Alat Antropometri yang saat ini sudah diedarkan di seluruh Posyandu Indonesia dinilai belum standar sehimgga diperlukan distribusi ulang alat yang standar untuk mencegah stunting sedini mungkin. "Dulu, alatnya tidak standar. Ini harusnya sudah 99 persen selesai. Masih ada beberapa kabupaten/kota yang kurang, tapi harusnya ini bisa kita anggap selesai," ucap Budi.
Apa itu Alat Antropometri?
Alasan alat antropometri sangat dibutuhkan menurut Menteri Kesehatan Budi adalah alat tersebut berguna untuk mengetehui mengukur berat badan, panjang, dan tinggi badan serta lingkar lengan atas dan kepala anak. Fungsinya bisa pulaq membantu masyarakat mendeteksi stunting lebih dini.
Dilansir dari antropometriindonesia.org, antropometri berasal dari dua kata yaitu antro yang artinya manusia dan metri yang artinya ukuran. Jadi dapat disimpulkan alat antropometri adalah pengukuran manusia yang meliputi tulang, otot, dan jaringan lemak atau adiposa.
Kemudian, pengukuran tubuh manusia sendiri bergantung dengan dimensi tubuhnya. Dimensi tubuh manusia dapat dilihat dari beberapa faktor seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan sebagainya.
Adanya pengukuran dimensi tubuh yang rinci pada bayi, petugas kesehatan dan orang tua bayi dapat mengantisipasi stunting dan dapat mengetahui solusi terbaik apa yang akan dilakukan. Pengukuran berat badan ini juga harus dilakukan secara berkala untuk melihat perkembangan bayi dengan baik.
Selain distribusi alat antropometri yang standar sudah dilakukan, Budi selaku menteri kesehatan juga mengatakan harus menyiapkan pelatihan SDM untuk memenuhi tenaga pengukuran antropometri. "Kami melatih SDM supaya bisa mengukur dengan benar (data stunting menggunakan alat antropometri). Ini yang masih berjalan," kata dia.
Kementerian Kesehatan mengoptimalkan akurasi data terkait stunting di setiap daerah agar dapat melakukan pelatihan penggunaan alat antropometri yang optimal. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah bidan dan kader posyandu.