Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Apa Itu Delirium? Penyakit Mirip Demensia yang Muncul di Drakor Light Shop

Salah satu tokoh dalam Light Shop digambarkan mengalami Delirium, sering bingung, kehilangan arah, tidak mampu berpikir dan mengingat dengan jelas.

26 Desember 2024 | 07.02 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ju Ji Hoon dalam drama Light Shop. Dok. Disney+ Hotstar Indonesia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Drama Korea Light Shop dinilai menampilkan penggambaran emosi dengan apik, termasuk menggambarkan delirium dalam ceritanya. Delirium suatu penyakit yang sebagian gejalanya mirip demensia. Bedanya, delirium dapat disembuhkan, sedangkan demensia secara umum tak bisa diobati.

Dilansir dari Psychology Today, delirium, juga dikenal sebagai "acute confusional state" atau "acute brain syndrome", adalah gangguan yang ditandai oleh kebingungan mendadak dan perubahan drastis pada perilaku serta fungsi otak.

Kondisi ini sering kali muncul secara tiba-tiba, biasanya dalam hitungan jam atau hari, dan memiliki sifat fluktuatif. Meskipun sering dikaitkan dengan demensia karena gejala yang serupa, delirium memiliki durasi yang jauh lebih singkat dan dapat diobati apabila penyebabnya dikenali sejak dini.

Gejala utama delirium mencakup gangguan perhatian dan kesadaran. Penderita mungkin mengalami kesulitan fokus pada percakapan atau aktivitas tertentu, sering kali tampak bingung atau disorientasi terhadap waktu dan tempat. Pada beberapa kasus, mereka mungkin menunjukkan perilaku tidak biasa seperti berbicara secara tidak beraturan, mengalami perubahan suasana hati yang mendadak, atau bahkan menjadi sangat apatis. Gejala lainnya meliputi gangguan memori, kesulitan memahami atau berbicara, serta kehilangan kendali motorik.

Delirium juga dapat disertai gangguan pola tidur, seperti mengantuk di siang hari tetapi sulit tidur di malam hari. Pasien mungkin beralih antara keadaan hiperaktif—ditandai oleh gelisah, iritasi, dan perubahan emosi yang cepat—dan keadaan hipoaktif, di mana mereka tampak lesu, apatis, atau tidak responsif.

Delirium sering kali merupakan hasil dari kondisi fisik atau mental yang mendasarinya. Penyebab umum termasuk infeksi serius seperti pneumonia, sepsis, atau infeksi saluran kemih; gangguan metabolisme; kekurangan oksigen di otak; dan penggunaan obat-obatan tertentu, terutama obat penenang, antihistamin, atau obat untuk mengobati penyakit Parkinson. Kekurangan tidur yang parah, paparan racun, atau penarikan zat seperti alkohol dan narkoba juga dapat memicu delirium.

Kelompok usia lanjut memiliki risiko lebih tinggi mengalami delirium, terutama jika mereka memiliki penyakit kronis atau sedang dirawat di rumah sakit. Faktor lingkungan seperti berada di tempat baru atau mengalami prosedur medis yang intens juga dapat memengaruhi perkembangan delirium.

Diagnosis delirium biasanya melibatkan observasi mendalam terhadap gejala pasien, mengingat gejalanya yang sering berfluktuasi sepanjang hari. Dokter mungkin melakukan wawancara diagnostik dan menggunakan tes tambahan seperti pemeriksaan darah, pemindaian otak, atau tes toksikologi untuk mencari penyebab spesifik.

Perawatan delirium berfokus pada mengatasi penyebab utamanya. Jika disebabkan oleh infeksi, antibiotik mungkin diperlukan. Jika delirium dipicu oleh obat tertentu, dokter dapat menghentikan atau mengganti obat tersebut. Di rumah sakit, pasien sering dirawat untuk memastikan kebutuhan fisik dan emosional mereka terpenuhi, termasuk manajemen rasa sakit, dukungan nutrisi, dan terapi untuk mengendalikan perilaku berbahaya.

Selain itu, menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman sangat penting dalam membantu pasien pulih dari delirium. Dilansir dari Mayo Clinic, penggunaan alat bantu seperti kacamata atau alat bantu dengar dapat meningkatkan orientasi pasien terhadap lingkungan sekitar. Keterlibatan keluarga juga menjadi elemen penting dalam perawatan, karena dukungan emosional dapat membantu pasien merasa lebih tenang dan nyaman.

Delirium dapat dicegah dengan mengidentifikasi dan mengelola faktor risiko. Misalnya, memastikan pasien mendapatkan tidur yang cukup, menjaga hidrasi dan nutrisi, serta meminimalkan penggunaan obat-obatan yang berpotensi memicu delirium. Pada individu lanjut usia, aktivitas fisik ringan dan stimulasi mental yang rutin juga dapat mengurangi risiko.

Meskipun delirium sering kali berlangsung selama sekitar satu minggu di rumah sakit, durasi pemulihan sangat bergantung pada penyebabnya. Penanganan dini dapat mempercepat proses pemulihan, tetapi jika tidak ditangani, delirium dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius seperti koma atau bahkan kematian.

Pilihan Editor: Bisa Menyerang Siapa Saja, Kenali Faktor Pemicu Terbanyak Demensia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus