Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Adrenalin merupakan sebuah kimia zat yang diproduksi oleh tubuh ketika seseorang takut, marah, maupun gembira, sehingga membuat jantung berdetak lebih cepat dan mensiagakan tubuh untuk situasi bahaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Apa fungsi adrenalin?
Mengutip Hormone Health Network di situs hormone.org, adrenalin berfungsi memicu respons fight-or-flight tubuh. Reaksi ini menyebabkan saluran udara melebar untuk menyediakan otot dengan oksigen yang dibutuhkan dalam situasi bahaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Adrenalin juga memicu pembuluh darah berkontraksi untuk mengarahkan kembali darah ke kelompok otot utama, termasuk jantung dan paru-paru. Kemampuan tubuh untuk merasakan sakit juga berkurang akibat adrenalin, itulah sebabnya tubuh dapat terus berlari atau melawan bahaya, bahkan ketika terluka.
Adrenalin menyebabkan peningkatan kekuatan dan kinerja yang nyata, serta kesadaran yang meningkat di saat-saat penuh tekanan. Setelah stres mereda, efek adrenalin bisa bertahan hingga satu jam.
Seperti dikutip Healthline di alamat healthline.com, saat berada di aliran darah adrenalin dapat:
1. Mengikat reseptor pada sel hati untuk memecah molekul gula yang lebih besar, yang disebut glikogen menjadi gula yang lebih kecil dan lebih mudah digunakan (glukosa), sehingga memberi otot dorongan energi.
2. Mengikat reseptor pada sel otot di paru-paru yang membuat tubuh bernapas lebih cepat.
3. Merangsang sel-sel jantung untuk berdetak lebih cepat.
4. Memicu pembuluh darah untuk berkontraksi dan mengarahkan darah ke kelompok otot utama.
5. Mengontraksikan sel-sel otot di bawah permukaan kulit untuk merangsang keringat.
6. Berikatan dengan reseptor di pankreas untuk menghambat produksi insulin.
Gejala adrenalin meliputi detak jantung cepat, berkeringat, indra yang meningkat, pernapasan cepat, penurunan kemampuan untuk merasakan nyeri, peningkatan kekuatan dan kinerja, pupil-pupil terdilatasikan, merasa gelisah atau gugup.
Sementara itu, kegiatan yang dapat memicu adrenalin bisa berupa nonton film horor, terjun payung, loncat tebing, menyelam kandang dengan hiu, lapisan zip, dan arung jeram.
DELFI ANA HARAHAP