Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Belajar dari Kasus Zhang Zhi Jie, Dokter Ingatkan Kelainan Irama Jantung Tersembunyi saat Olahraga

Dokter menjelaskan saat melakukan aktivitas seperti olahraga perlu mewaspadai kelainan irama jantung tersembunyi, berkaca dari kasus Zhang Zhi Jie.

3 Juli 2024 | 13.47 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Atlet bulu tangkis asal Cina, Zhang Zhi Jie, 17 tahun tak sadarkan diri saat laga BNI Badminton Asia Junior Championships 2024 di GOR Amongrogo, Yogyakarta Minggu 30 Juni 2024. Dok.istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pebulu tangkis tunggal putra Cina, Zhang Zhi Jie, meninggal dunia saat pertandingan BNI Badminton Asia Junior Championships 2024 di Yogyakarta pada Minggu, 30 Juni malam. Spesialis jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia, Donny Yugo Hermanto, menjelaskan saat melakukan aktivitas berat seperti olahraga perlu mewaspadai adanya kelainan irama jantung tersembunyi yang tidak terdeteksi saat pemeriksaan jantung. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan bahkan atlet profesional pun bisa mengalami henti jantung karena kelainan irama jantung yang tidak terdeteksi alat pemeriksaan jantung standar. “Atlet profesional bisa mengalami henti jantung apabila terdapat kelainan irama jantung yang tersembunyi. Pada keadaan normal kelainan ini tidak terdeteksi pemeriksaan jantung standar,” kata Donny, Selasa, 3 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dokter di Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta ini mengatakan pemeriksaan khusus perlu dilakukan pada yang berisiko tinggi mengalami henti jantung. Pemeriksaan seperti uji provokasi dan studi listrik dapat dilakukan pada yang sering mengalami keluhan pingsan mendadak, pandangan gelap, berdebar, dan riwayat meninggal mendadak di keluarga besar.

Cek laju nadi
Pada saat berolahraga, baik atlet maupun masyarakat awam, juga harus mengetahui bagaimana kapasitas atau kemampuan jantung dengan melakukan pemeriksaan Cardio Pulmonary Exercise Testing (CPET) yang tersedia di beberapa rumah sakit. Selain itu juga bisa dilakukan dengan mengecek persentase laju nadi saat berolahraga dengan menghitung nilai Age-Predicted Maximal Heart Rate (APMHR).

“Nilai APMHR dapat dihitung dengan rumus 220 dikurang jumlah usia. Bila laju nadi sudah melebihi APMHR artinya jantung dalam kapasitas maksimal. Namun, penilaian yang paling baik tetap dengan menggunakan CPET,” jelasnya.

Donny mengatakan jika orang berolahraga maka yang perlu diwaspadai untuk menghindari henti jantung adalah mewaspadai keluhan seperti kelelahan berlebih, nyeri dada, sesak napas, dan pandangan gelap seperti mau pingsan. Jika ada yang mengalami henti jantung di sekitar kita, Donny menyarankan untuk melakukan upaya bantuan keselamatan dengan urutan cek kesadaran, panggil bantuan, cek nadi di leher selama 5-10 detik.

"Bila tidak ada nadi terasa maka bisa diberikan pijatan jantung dengan kecepatan 100 kali per menit," katanya.

Pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) ini bisa dipelajari untuk awam dan tersedia di beberapa provider seperti Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) yang memberikan pelatihan secara rutin.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus