Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kediri – Jika berburu kuliner di Kediri, jangan lupakan Branggahan. Desa di Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri ini dikenal sebagai kampung soto karena banyaknya warga yang menjual soto.
Baca juga: Ini Tempatnya Menikmati Soto Kadipiro Kuah Bening di Jakarta
Desa Branggahan berada di kawasan perbatasan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Tulungagung. Keberadaannya dengan mudah ditengarai dengan banyaknya warung soto ayam yang berjajar di kanan kiri jalan. Jumlahnya mencapai belasan warung, dengan semuanya memajang tulisan sama; soto ayam.
Hampir seluruh warung soto ayam di tempat ini memakai konsep kaki lima yang menggunakan kain atau tenda. Hanya saja tenda itu tak pernah dilepas sepanjang waktu, baik sedang buka atau tutup.
Dari deretan warung soto itu, ada satu tempat yang paling ramai, yakni warung Benno. Berbeda dengan warung soto lainnya yang menggunakan lapak semi permanen, warung Benno adalah satu-satunya yang menggunakan bangunan rumah sebagai kedai. Meski tak masuk ke dalam rumah, para pengunjung disediakan tempat di halaman hingga teras rumah.
Warung Soto Benno di Desa Branggahan, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. (Foto: TEMPO/Hari Tri Wasono)
Warung Benno berada di deretan paling utara. Lokasinya juga paling banyak dijejali mobil dan sepeda motor yang memanjang hingga puluhan meter. Meski menu yang dijual sama, namun soto ayam di tempat ini dikenal paling mewakili rasa soto khas Kediri yang gurih.
Salah satu ciri khas soto ayam Branggahan adalah memiliki kuah yang encer. Ini berbeda dengan kuah soto Lamongan yang kental setelah bercampur koya. Rasanya juga gurih, bukan manis atau asin. Namun soal rasa bisa diutak-atik menggunakan perasan jeruk nipis atau kecap yang disediakan di meja saji.
Komposisi soto ayam Branggahan terdiri dari irisan daging ayam kampung, daun seledri, kecambah, dan kubis. Entah bumbu apa yang dimasukkan ke dalam santan hingga kuahnya terasa sangat gurih. Menurut Siti, salah satu pramusaji, bumbunya standar masakan soto Jawa. Dia enggan menyebutkan dengan detil bahan yang dimaksud selain bawang merah dan bawang putih.
Selain cita rasa yang unik, ada hal lain yang membedakan soto Branggahan dengan soto di rumah makan pada umumnya. Bukan mangkuk atau piring, melainkan tuwung yang dipergunakan sebagai wadah soto kepada konsumen. Tuwung adalah sejenis mangkuk berukuran kecil dengan lebar tak lebih dari genggaman anak kecil.
Ukuran tuwung ini begitu kecil. Satu porsi soto ayam dalam tuwung akan tandas tak lebih dari 10 kali suapan sendok. Karenanya hampir seluruh pengunjung akan memesan dua porsi sekaligus untuk sekali santap. “Daripada harus mengantre lagi,” kata Frida Zahnia, salah satu konsumen di warung Benno.
Kecilnya ukuran mangkuk yang dipakai ini justru disukai ibu-ibu yang membawa anak. Jika ukuran mangkuk biasa kerap tak habis untuk konsumsi anak-anak, tidak dengan tuwung. Demikian pula bagi remaja yang ingin menjaga berat badan namun tetap ingin menyantap seporsi soto ayam kampung.
Jika tak puas dengan irisan daging ayam, potongan ayam kampung goreng juga tersaji di meja. Mulai kepala, paha, sayap, jerohan, sate usus, hingga sate telur puyuh bisa disantap mendampingi dua porsi soto.
Soal harga tak perlu khawatir. Meski nambah bermangkuk-mangkuk soto, dijamin tak akan menguras dompet. Satu porsi soto ayam hanya dibanderol Rp 5.000. Cukup murah bukan. Selamat mencoba.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini