Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Masjid Darussalam Jayengan Solo, Jawa Tengah, melestarikan tradisi Ramadan dengan berbagi takjil berupa bubur samin khas Banjar. Kali ini, takmir masjid itu akan menyiapkan sekitar 1.000 porsi bubur samin untuk dibagikan kepada warga setiap harinya hingga menjelang Lebaran tiba.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Takmir Masjid Darussalam Jayengan Solo Muhammad Rosyidi mengemukakan, setiap hari mereka membuat bubur samin dari 45 kilogram (kg) beras bersama daging dan bumbu-bumbu rempahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami menyiapkan bubur samin dengan beras sebanyak 45 kg untuk menjadi sekitar 1.200 porsi, yang 1.000 porsi dibagikan kepada masyarakat, yang 200 porsi untuk berbuka puasa bagi jajaran pengurus masjid, juga ada kopi susu, kurma, dan buah lainnya," ujar Rosyidi ketika ditemui wartawan di sela-sela pembuatan bubur samin khas Banjar di Masjid Darussalam Solo, Jawa Tengah, Selasa, 12 Maret 2024.
Tradisi puluhan tahun
Dia menjelaskan, tradisi menyantap bubur samin sebagai menu berbuka puasa saat Ramadan di Masjid Darussalam itu sebenarnya dimulai sejak puluhan tahun silam, tepatnya pada 1930. Kala itu, takjil bubur samin semula hanya dinikmati oleh pengurus dan jamaah masjid itu.
Namun, pada 1965, atas inisiatif salah seorang takmir Masjid Darussalam bernama Anang Syahroni, takjil bubur samin tersebut mulai dibagikan kepada masyarakat di sekitar masjid.
"Hingga kini tradisi tersebut terus kami laksanakan saat bulan Ramadan dan biasanya berlangsung selama satu bulan penuh," katanya.
Proses memasak bubur samin
Bubur samin dikenal memiliki cita rasa yang gurih. Terbuat dari beras, daging sapi, susu, rempah, dan santan, yang diolah dengan minyak samin sehingga memiliki ciri khas warna kekuningan.
Bubur samin di Masjid Darussalam Jayengan Solo dimasak oleh jajaran pengurus masjid dibantu warga sekitar, biasanya dimulai siang hingga sore hari. Warga yang ingin menikmati bubur samin biasanya rela mengantre sedari sore hari hingga menjelang waktu berbuka puasa.
Menurut Rosyidi, untuk menyiapkan bubur samin, jajaran pengurus mendapatkan pendanaan dari berbagai pihak di antaranya pemerintah dan donatur, termasuk dari para alumni SD Islam Darussalam Solo.
SEPTHIA RYANTHIE