Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kesehatan manusia semakin terancam akibat kerusakan lingkungan yang semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebab utama dari kondisi ini adalah keberadaan mikroplastik yang tersebar luas di lautan, tanah, dan udara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mikroplastik dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius, termasuk risiko penyakit seperti kanker. Situasi ini semakin mengkhawatirkan karena ukuran mikroplastik yang sangat kecil membuatnya sulit terdeteksi dengan mata telanjang, sehingga dapat masuk ke dalam tubuh tanpa disadari.
Apa Itu Mikroplastik dan Bagaimana Bisa Masuk ke dalam Tubuh?
Dilansir dari National Geographic, mikroplastik merupakan partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu primer dan sekunder. Mikroplastik primer berasal dari berbagai produk komersial yang sering digunakan manusia, seperti kosmetik, pakaian, dan jaring ikan. Sementara mikroplastik sekunder terbentuk dari proses degradasi sampah plastik di lingkungan, misalnya dari botol air yang terurai di lautan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai mekanisme, salah satunya adalah konsumsi makanan laut yang telah terkontaminasi. Akibatnya, partikel ini telah ditemukan di berbagai bagian tubuh manusia, termasuk darah, air liur, dan hati, yang menunjukkan betapa luasnya paparan mikroplastik dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak Mikroplastik terhadap Kesehatan
1. Gangguan pada Paru-Paru
Dikutip dari Ciputra Hospital, paparan mikroplastik melalui inhalasi atau konsumsi dapat meningkatkan risiko gangguan paru-paru, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, dan kesulitan bernapas. Risiko ini lebih tinggi pada pekerja konstruksi serta individu yang bekerja di lingkungan pabrik plastik.
Selain itu, keberadaan mikroplastik dalam tubuh dapat memicu peradangan dan menurunkan kapasitas fungsi paru-paru. Untuk mengurangi risiko ini, disarankan menggunakan masker saat beraktivitas di area berdebu, mencuci pakaian setelah bekerja, dan menghindari paparan langsung terhadap lingkungan yang banyak mengandung partikel mikroplastik.
2. Gangguan Kesuburan
Paparan mikroplastik yang berlebihan, baik melalui udara maupun makanan, dapat berdampak negatif pada sistem reproduksi. Hal ini disebabkan oleh kandungan senyawa kimia berbahaya seperti ftalat dan bisphenol A (BPA) dalam partikel mikroplastik.
Bisphenol A diketahui dapat mengurangi jumlah sel telur yang sehat serta menurunkan kualitas sperma, sehingga berpotensi memicu gangguan kesuburan. Selain itu, senyawa ini juga berhubungan erat dengan penyakit seperti endometriosis dan sindrom ovarium polikistik, yang dapat mempengaruhi kemampuan reproduksi wanita.
3. Risiko Penyakit Jantung
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan BPA dalam mikroplastik dapat berkontribusi terhadap gangguan kardiovaskular. Dampaknya meliputi peningkatan risiko penyakit jantung koroner, serangan jantung, serta gagal jantung.
Kondisi ini dapat ditandai dengan berbagai gejala, seperti sesak napas, batuk atau mengi, serta penyempitan pembuluh darah yang dapat menghambat aliran darah ke jantung. Karena itu, penting untuk mengurangi paparan mikroplastik guna menjaga kesehatan jantung dan sistem kardiovaskular secara keseluruhan.
4. Masalah Pencernaan
Dilansir dari Plastic Smart Cities, ketika mikroplastik masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi, partikel-partikel kecil ini dapat mengiritasi dinding usus, yang berisiko menyebabkan peradangan serta kerusakan jaringan. Kondisi ini dapat mengganggu fungsi normal sistem pencernaan, termasuk menghambat proses penyerapan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
Jika mikroplastik terus menumpuk dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama, gangguan penyerapan nutrisi tersebut dapat berdampak pada berbagai masalah kesehatan, seperti kekurangan gizi, gangguan pada sistem pencernaan, serta melemahnya daya tahan tubuh.
5. Potensi Karsinogenik
Beberapa jenis mikroplastik mengandung zat kimia yang bersifat karsinogenik atau dapat memicu perkembangan kanker. Meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut, ada kekhawatiran bahwa paparan mikroplastik dalam jangka panjang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kanker.
6. Gangguan Kognitif
Paparan bahan kimia neurotoksik yang terkandung dalam mikroplastik dapat berdampak serius pada fungsi otak dan sistem saraf. Ketika zat-zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh, mereka dapat mengganggu keseimbangan neurotransmitter serta merusak sel-sel saraf yang berperan dalam berbagai proses kognitif. Akibatnya, seseorang dapat mengalami gangguan memori, kesulitan berkonsentrasi, serta penurunan kemampuan belajar dan berpikir kritis.
7. Gangguan Perkembangan pada Anak
Anak-anak, yang otaknya masih dalam tahap perkembangan, memiliki risiko lebih tinggi terhadap dampak neurotoksik dari paparan mikroplastik. Zat-zat beracun yang terkandung dalam mikroplastik dapat mengganggu proses neurogenesis, yaitu pembentukan dan pematangan sel-sel saraf yang sangat penting bagi perkembangan kognitif dan motorik.
Gangguan ini dapat berdampak pada berbagai aspek, seperti keterlambatan dalam kemampuan berpikir, kesulitan dalam berkonsentrasi, serta masalah dalam pengolahan informasi dan pengambilan keputusan.
Pilihan Editor: Risiko Tersembunyi Paparan Mikroplastik