Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Cara Tasya Kamila Ajarkan Matematika pada Anak

Tasya Kamila membagi tips mengajarkan matematika kepada anak sejak usia dini, termasuk menyesuaikan pembelajaran dengan tahapan perkembangan anak.

25 Desember 2024 | 22.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tasya Kamila dan anak keduanya, Shafanina Wardhana Bachtiar. Foto: Mamypoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tasya Kamila, yang dulu dikenal sebagai penyanyi cilik dan bintang iklan pasta gigi, membagi tips mengajarkan matematika kepada anak sejak usia dini, di antaranya menyesuaikan pembelajaran dengan tahapan perkembangan anak dan memberikan stimulasi yang tepat pada anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ketika mengajarkan matematika, saya memulai dengan konsep dasar seperti membedakan mana yang lebih banyak, lebih sedikit, lebih besar, atau lebih kecil," kata Tasya, dikutip dalam siaran pers Putera Sampoerna Foundation, Rabu, 25 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika sudah mulai bisa berbicara, anak dapat mulai diajari berhitung mulai dari 1 hingga 20 dan kemudian secara bertahap ditingkatkan sampai 100. Menurutnya, pengenalan simbol angka satu sampai 10 serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari juga bisa dilakukan sejak dini. 

Tasya mulai melatih fungsi motorik halus anaknya pada usia 3,5 tahun, antara lain dengan mengajari menulis. Artis yang semasa kecil mempopulerkan lagu "Aku Anak Gembala" itu mengatakan latihan semacam itu bisa membantu ketika anak mulai belajar membaca, menulis, dan berhitung.

Sesuaikan dengan kesukaan anak
Ia berusaha menyesuaikan pembelajaran dengan kesukaan anak agar kegiatan belajar terasa menyenangkan. Karena anaknya suka kipas angin, ia menggunakan kipas angin sebagai alat pendukung untuk mengajarkan konsep matematika sederhana kepada sang anak.

"Ketika jumlahnya lebih dari 20 dan tidak bisa dihitung dengan jari, saya ajarkan konsep mendata dengan membuat daftar. Hal ini juga melatih keterampilan problem solving-nya. Misalnya ketika kipas tidak menyala atau berputar lambat, dia belajar mencari tahu penyebabnya," paparnya.

Dia menjelaskan anak-anak bisa belajar dari hal-hal yang disukai dan orang tua dapat memberikan stimulasi agar anak bisa belajar dengan senang. Menurutnya, peran orang tua dalam memberikan stimulasi yang tepat sangat penting dalam upaya mempersiapkan anak sebelum mengikuti pendidikan formal di sekolah.

"Kegiatan sehari-hari bisa menjadi momen belajar yang berarti, terutama jika didukung oleh kehadiran dan perhatian kita sebagai orang tua. Ini menjadi dasar yang penting sebelum anak-anak memasuki pendidikan formal di sekolah, di mana mereka akan mulai bersaing dalam dunia akademis," ujar Tasya Kamila.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus