Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Cegah Kebutaan saat Dewasa, Segera Periksakan Mata Malas pada Anak

Ambliopia atau mata malas adalah penurunan perkembangan penglihatan yang terjadi ketika otak tidak menerima rangsangan normal dari mata.

9 Oktober 2024 | 12.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mata malas atau ambliopia pada anak diminta untuk segera ditangani untuk mencegah kebutaan saat dewasa. Spesialis mata di ata Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, Feti Karfiati Memed, menyebut penyebab paling umum hilangnya penglihatan pada orang dewasa usia 20-70 tahun adalah ambliopia yang tidak diobati dengan baik saat kecil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Hanya anak-anak yang bisa mengalami ambliopia. Jika tidak diterapi pada masa anak-anak, hal ini akan mengakibatkan hilangnya penglihatan secara permanen," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ambliopia adalah penurunan perkembangan penglihatan yang terjadi ketika otak tidak menerima rangsangan normal dari mata. Menurutnya, ambliopia sering disebabkan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, strabismus atau mata juling, serta kelainan di dalam mata seperti katarak.

Pemeriksaan penglihatan pada usia sekolah sebetulnya bisa jadi terlambat karena ambliopia mulai sulit disembuhkan setelah usia 5 tahun. Selain itu, kehilangan penglihatan permanen dapat mulai terjadi jika terapi dilakukan setelah usia 8-10 tahun. Adapun, anak-anak yang berisiko mengalami ambliopia antara lain memiliki riwayat keluarga mata juling, mata malas, atau penggunaan kacamata sejak kecil.

Dia menyebutkan riwayat medis seperti kelahiran prematur, perkembangan terlambat, dan diabetes juga dapat meningkatkan risiko ambliopia. Selain itu, riwayat masalah mata seperti mata juling, mata berair, ptosis, dan penglihatan kabur juga perlu diperhatikan. Skrining pada bayi baru lahir sebaiknya dilakukan pada usia sekitar 35 bulan atau usia 0-2 tahun untuk mengetahui riwayat kesehatan, termasuk masalah mata pada keluarga.

"Kemudian cek penglihatan pergerakan mata atau adanya nistagmus, jadi matanya tidak diam, dia bergerak terus. Kemudian bagaimana posisi bola mata, apakah ada juling, dan refleks pada kornea serta cover test untuk melihat ada juling atau tidak," papar Feti.

Ditanggung BPJS
Dia melanjutkan skrining berikutnya dilakukan pada usia 36-47 bulan atau sekitar 3-4 tahun. Pada usia ini anak seharusnya mampu mengukur ketajaman penglihatan dan dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pada baris 20/50 di masing-masing mata. 

Dia menuturkan pemeriksaan dilakukan pada jarak 10 kaki atau 3 meter dan mata yang tidak diperiksa harus tertutup dengan benar. Skrining selanjutnya dilakukan ketika anak berusia di atas 60 bulan atau 5 tahun, di mana anak diharapkan dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pada baris 20/30 di setiap mata dan skrining ulang dianjurkan setiap tahun.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan sebagian pembiayaan kesehatan untuk ambliopia atau kasus-kasus anak lainnya ditanggung BPJS jika terdaftar sebagai peserta.

"Dalam rangka Hari Kesehatan Mata, kami benar-benar ingin mengingatkan kepada masyarakat, terutama untuk melakukan deteksi lebih dini, dan kalau memang kita perlu perkuat guru-guru di sekolah agar dapat memperhatikan anak didiknya. Kalau anak didik duduk pada jarak tertentu tapi tidak bisa baca, ini harus segera dikonsultasikan," pesan Nadia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus