Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Mengukur tekanan darah merupakan salah satu metode pengecekan kesehatan standar saat datang ke tempat layanan kesehatan. Ketika sudah duduk di depan meja perawat dan hendak mengukur tensi, ada kalanya seseorang tergoda untuk berbincang, sekadar menanyakan kabar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perlu diketahui kalau aktivitas berbicara sebaiknya tidak dilakukan saat pengukuran tekanan darah. "Ngobrol itu bisa membuat tekanan darah berubah dan pada akhirnya data yang dihasilkan dari pemeriksaan kurang akurat," kata Tunggul Situmorang, Ketua Umum Perhimpunan Hipertesi Indonesia atau InaSH dalam diskusi Pemeriksaan Tekanan Darah Secara Berkala di Rumah bersama Omron di Jakarta, Kamis 19 September 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berbicara saat mengukur tensi, menurut dia, bisa meningkatkan angka tekanan darah sampai 17/13 mmHg. Selain ngobrol, beberapa aktivitas yang perlu diperhatikan sebelum dan saat mengukur tensi adalah beraktivitas fisik, semisal naik turun tangga atau berjalan, merokok, terpapar udara dingin, kaki lurus dan menapak ke lantai, tak boleh menyilangkan kaki, dan pandangan menatap ke depan.
Orang yang sedang diukur tekanan darahnya juga sebaiknya dalam posisi duduk tegak dan posisi manset sejajar dengan jantung. Bahkan mandi dan makan kurang dari 30 menit sebelum pengukuran tensi akan mempengaruhi hasilnya. "Intinya harus rileks supaya hasil tensi darah lebih akurat," kata dia.
Untuk perokok, disarankan berhenti merokok 30 menit sebelum pengukuran tensi darah karena bisa memicu kenaikan sampai 10/8 mmHg, terpapar udara dingin menurunkan tensi 11/8 mmHg, aktivitas fisik menurunkan tensi sekitar 5-11/4-8 mmHg, dan konsumsi alkohol atau kafein bisa menaikkan tensi sekitar 8-10/7-8 mmHg.
Setelah hasil pemeriksaan tekanan darah keluar, cek angkanya. Normalnya di kisaran angka 90-140/60-90 mmHg.