Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan mencatat penurunan prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia pada 2023. Capaian ini merupakan hasil beragam upaya pemerintah, salah satunya mengedukasi masyarakat agar menjaga pola hidup sehat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut data Kemenkes, prevalensi berdasarkan diagnosis dokter turun dari 8,4 persen pada 2018 menjadi 8 persen pada 2023. Sementara dari hasil diagnosis tekanan darah, pada 2018 tercatat 34,1 persen dan turun menjadi 30,8 persen pada 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengukuran dilakukan pada yang sudah berusia di atas 18 tahun sementara riset dan survei dilakukan setiap lima tahun. Data di atas berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilanjutkan menjadi Survei Kesehatan Indonesia 2023.
"Skrining atau deteksi dini menjadi cara yang tepat untuk menemukan penyintas hipertensi sejak dini. Kalau ditemukan sejak awal, hipertensi bisa dikontrol," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, dr. Eva Susanti.
Upaya yang bisa dilakukan
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menurunkan prevalensi hipertensi, di antaranya dengan:
-Menyediakan layanan kesehatan, termasuk diagnosis dan tata laksana pengobatan hipertensi.
-Menggencarkan deteksi dini dan mengedukasi masyarakat seputar hipertensi secara masif.
-Meningkatkan akses dan mutu layanan kesehatan sehingga penanganan hipertensi dapat dilakukan secepat mungkin.
Kemenkes juga mengimbau masyarakat untuk:
-Mengurangi konsumsi garam serta makanan berminyak dan berlemak.
-Olahraga teratur.
-Cukup istirahat dan mengelola stres dengan baik.
-Mengonsumsi lebih banyak buah, sayur, ikan, dan kacang-kacangan.
-Hindari asap rokok dan alkohol.
-Rutin periksa kesehatan dan ikuti anjuran dokter.
Bila ada masalah dengan tekanan darah tinggi bisa mengontak layanan Halo Kemenkes di nomor lokal 500-567, SMS di 081281562620 atau email ke [email protected].