Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Eka Gustiwana: Yang Berani Menegur Penyebar Hoax adalah Pahlawan

Musisi Eka Gustiwana memiliki pandangan berbeda mengenai pahlawan. Baginya, pahlawan dapat melakukan hal kecil yang berdampak bagi negara. Misalnya?

10 November 2017 | 20.28 WIB

Eka Gustiwana (Youtube FanFest)
Perbesar
Eka Gustiwana (Youtube FanFest)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Musisi Eka Gustiwana memiliki pandangan berbeda mengenai pahlawan. Eka menilai, pahlawan masa kini bukan lagi sosok yang berperang melawan penjajah menggunakan senjata. Baginya, pahlawan dapat melakukan hal kecil yang berdampak bagi negara.

“Misalnya kita anak-anak muda, anak kids zaman now, menegur orang yang menyebar berita hoax,” kata Eka usai konferensi pers sebelum gelaran YouTube FanFest di Sheraton Grand Jakarta Gandaria City Hotel, Kebayoran, Jakarta Selatan, Jumat, 10 November 2017.

Eka berpendapat, pahlawan yang dibutuhkan saat ini adalah orang-orang yang berani menegur penyebar berita bohong (hoax) atau berkonten provokatif di media sosial. Pengguna media sosial, lanjut Eka, memiliki hak untuk bersuara, marah, bahkan block akun sang provokator.

“Tegur dan bilang ‘jangan posting beginian karena merusak persatuan’. Itu pahlawan buat saya,” ujarnya.

Baca juga:
6 Hal Ini (juga) Bisa Membuat Kamu Jadi Pahlawan
Daniel Darryan, Paspampres Ganteng Itu Berbahasa Sunda
Heboh Pelecehan Seksual, dari Harvey Weinstein Kini Steven Seagal

Adapun pahlawan yang dikagumi Eka adalah Soekarno. Eka mempelajari bagaimana sikap Soekarno dalam menyelesaikan masalah dan menjadi pemimpin yang tegas. Hal itulah yang menginspirasi kehidupan Eka.

Selain Soekarno, sosok pahlawan bagi Eka adalah orangtua, khususnya ayah. Eka menceritakan bagaimana ayahnya berperan dalam perjalanan karier dan mendorongnya menjadi musisi.

Sewaktu berumur 10 tahun, Eka heran mengapa sang ayah memaksanya untuk menekuni musik. Padahal, Eka tak lebih menempatkan musik sebagai sebuah hobi. Awalnya, Eka bercita-cita menjadi seorang yang ahli di bidang information and technology (IT).

“Dulu suka musik, tapi enggak mau jadi musisi. Ternyata saya sekarang merasakan manfaatnya,” katanya.

Ketika menginjak usia sekitar 11 atau 12 tahun, Eka mulai menekuni musik. Hal itu ditekuninya hingga saat ini. Sebab, ia telah menyadari passion yang sesungguhnya.

“Apa yang saya kerjakan dan saya rasa sangat enjoy adalah musik,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lani Diana

Lani Diana

Menjadi wartawan Tempo sejak 2017 dan meliput isu perkotaan hingga kriminalitas. Alumni Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bidang jurnalistik. Mengikuti program Executive Leadership Program yang diselenggarakan Asian American Journalists Association (AAJA) Asia pada 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus