Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Eksim salah satu penyakit kulit yang perlu diwaspadai masyarakat. Penelitian oleh Abuabara et al, tahun 2019 mengatakan satu dari lima anak serta satu dari sepuluh orang dewasa di negara-negara berpenghasilan tinggi di dunia menderita dermatitis atopik (Eksim). Selain itu, menurut Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) M Yulianto Listiawan di tahun 2022, sebagian orang mengalami penyakit kulit degeneratif atau penurunan fungsi kulit dari waktu ke waktu sehingga gangguan kulit termasuk tiga besar penyakit yang ditemukan di banyak puskesmas di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Siloamhospitals.com, eksim adalah kondisi ketika kulit mengalami peradangan yang ditandai dengan munculnya ruam merah di kulit dan terasa gatal. Eksim atau dalam istilah medis disebut dengan dermatitis atopik bisa terjadi pada siapa saja. Namun, eksim lebih sering dialami anak-anak. Ruam dan gatal akibat eksim bisa muncul di bagian tubuh mana saja, terutama leher, dada, tangan, lutut, atau lipatan tubuh, seperti ketiak dan siku. Eksim dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti mutasi genetik, keturunan, atau gangguan sistem imun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akibat tidak bisa mengendalikan rasa gatal, anak biasanya akan menggaruk kulit yang mengalami eksim itu bahkan hingga berdarah. Tidak heran biasanya pada anak-anak akan memiliki bekas luka yang parah. Walau lebih banyak dialami anak-anak, penyakit ini tidak memandang usia dan bisa terus kambuh kapan saja.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin ERHA, dr. Grace N. S. Wardhana, menjelaskan eksim bisa terjadi karena kondisi ini biasanya dialami oleh penderita karena faktor genetik dan bisa juga disebabkan oleh alergi. Bila eksim memburuk penderita juga bisa terjangkit asma.
“Asma merupakan bentuk dermatitis atopik yang jangkauannya melalui nafas, ini bisa terjadi tergantung dari lingkungan atau gen pada penderita. Biasanya penyakit ini akan bertahap mulai dari kulit, hidung, kemudian merusak pernapasan yang mengakibatkan asma,” kata Grace.
Grace menjelaskan, kulit yang merah biasanya menjadi tanda kambuhnya eksim yang bisa terjadi karena alergi. Ada beberapa makanan yang menjadi pemicu alergi seperti seafood, kacang-kacangan, susu, dan bahan yang mengandung cokelat.
Menurut Grace, kondisi ini dapat terjadi bila skin barrier alias lapisan terluar kulit yang berfungsi melindungi kulit tidak dijaga dengan baik. Grace mengingatkan mengatasi masalah eksim tidak cukup dengan hanya mengandalkan obat. Hal ini karena eksim dapat kambuh kembali dengan kondisi yang lebih buruk atau sebaliknya.
“Orang yang terlahir dengan eksim miliki kulit jauh lebih sensitif. Oleh karena itu, penyakit ini bisa diatasi dengan produk skincare yang sesuai bukan sekedar konsumsi obat atau alergi dari makanan,” kata Grace.
Ia mengajak masyarakat untuk mengenali kondisi kulit masing-masing. Eksim yang didapat dari keluarga, tidak hanya dilihat dari gen ayah atau ibu. "Bisa saja dari tante, atau nenek kita. Jadi kenali lah kondisi kulit masing-masing," katanya.
Untuk mengatasi masalah kulit ini, Grace menyarankan agar masyarakat segera konsultasi ke dokter yang tepat dengan konsumsi obat serta edukasi yang jelas dengan keluarga di rumah. Tak hanya itu, menjaga skin barrier juga sangat penting untuk meminimalisir terjadinya kambuh yang sangat parah. Ia menyarankan agar penderita eksim rajin mandi, minimal 2 kali sehari. "Mandinya dengan air biasa, jangan air hangat, karena bisa memperburuk kondisi kulit sang penderita,” kata Grace yang menyarankan agar anak dilatih mandi dengan air biasa, tidak perlu air hangat.
Grace pun mengimbau agar para orang tua memantau kandungan sabun yang digunakan. "Kandungan yang aman untuk penderita eksim, yakni tanpa kandungan parfum dan tanpa busa,” katanya.
Pengidap eksim tentunya miliki kulit yang lebih sensitif sehingga penggunaan skincare harus diperhatikan. Grace menyarankan untuk gunakan pelembab dengan kandungan ceramide yang tinggi dan bisa dipakai sesering mungkin atau lebih banyak agar memperkuat skin barrier.
Pilihan editor: Peneliti Sebut Kaitan Asma dan Eksim dengan Risiko Osteoartritis
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.