Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ramen instan termasuk makanan yang digemari di berbagai belahan dunia belakangan ini. Selain rasanya enak dan mengenyangkan, harganya juga terjangkau, apalagi di zaman serbamahal seperti sekarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ramen adalah mi khas Jepang dengan empat pilihan, yakni miso, tonkotsu, shoyu, dan shio. Jika menyantapnya di restoran, mi dibuat dari terigu dan disajikan dengan berbagai tambahan sayuran, daging, dan telur rebus, jagung, makanan laut, dan rumput laut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, sebagian orang Amerika tak pernah membayangkan ramen sebagai makanan mewah. Mereka lebih memilih ramen instan siap saji, mirip mi instan yang tinggal direbus, termasuk oleh para mahasiswa.
Ramen instan pertama kali diproduksi pada 1958 oleh pendiri perusahaan makanan Nissin Foods bernama Momofuku Ando. Ia menemukan cara memanaskan mi dalam minyak agar kering dan mudah disimpan dan bisa kembali ke bentuk semula jika direbus dengan air mendidih. Biasanya, mi instan ini dilengkapi sayuran dan daging yang juga dikeringkan.
Apakah ramen sehat?
Ramen instan punya nilai gizi sendiri karena bisa memberi energi dengan cepat dari karbohidrat rafinasi. Kandungan sodiumnya juga membantu menjaga keseimbangan elektrolit, retensi cairan, dan menambah hidrasi untuk fungsi otot, jelas Jen Messer, konsultan nutrisi dan pakar diet serta pendiri Jen Messer Nutrition.
"Dengan menambahkan sumber protein, Anda akan mendapatkan makanan dengan cepat dan mudah sebelum berolahraga," ujarnya kepada USA Today.
Ramen juga mengenyangkan, "Tergantung tambahan dan kuahnya, ramen bisa mengandung sedikit protein dan zat gizi mikro seperti zat besi," jelas Lisa Young, pakar diet dan nutrisi serta penulis Finally Full, Finally Slim.
Messer menambahkan banyak ramen instan yang mengandung mikronutrien seperti tiamin dan riboflavin, yang baik buat kesehatan imun, pencernaan, dan kulit.
Bolehkah makan ramen setiap hari?
Meski memiliki manfaat yang sudah disebut di atas, para pakar tersebut sepakat tak dianjurkan mengklaim ramen sebagai makanan sehat. "Jangan terlalu banyak makan ramen instan karena bisa menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi sebab tinggi kalori tapi kurang jumlah memadai nutrisi penting seperti serat, vitamin, dan mineral," papar LeeAnn Weintraub, pakar diet dan konsultan nutrisi di Los Angeles.
Messer menambahkan, baik ramen instan maupun tradisional tinggi sodium sehingga perlu diwaspadai oleh orang yang perlu membatasi asupan garam, seperti penderita tekanan darah tinggi.
"Ramen instan juga sering tinggi lemak jenuh dan bisa mengandung zat tambahan seperti monosodium glutamat (MSG) atau pengawet sehingga tidak ideal untuk dijadikan makanan rutin," pesan Young.