Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Festival Cheng Beng : Mengenal Kremasi di Berbagai Negara

Festival Cheng Beng adalah saat di mana masyarakat Tionghoa melakukan sembahyang atau ziarah ke makam para leluhurnya.

4 April 2018 | 06.24 WIB

ilustrasi kremasi di India (Pixabay.com)
Perbesar
ilustrasi kremasi di India (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Festival Cheng Beng digelar 10 hari sebelum dan sesudah hari puncaknya yaitu 5 April 2018. 

Festival Cheng Beng adalah saat di mana masyarakat Tionghoa melakukan sembahyang atau ziarah ke makam para leluhurnya.  Acara ini pun mengingatkan kita pada sebuah ritual proses pemakaman, yaitu kremasi. 

Baca juga: Festival Cheng Beng: Kremasi Sudah Dilakukan Sejak Zaman Kuno

Kremasi adalah sebuah proses pembakaran jasad dengan energi panas dan penguapan. Setelah dikremasi, hasil kremasi dari jasad tidak langsung berbentuk abu seluruhnya, tetapi masih mengandung fragmen tulang dan sebagainya. Karena itu, harus disortir terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pembubukan menjadi abu. Abu hasil kremasi biasanya berwarna abu-abu terang atau tua seperti pasir kasar. Abu tersebut kemudian dapat disimpan, dikubur, maupun ditebar ke perairan sesuai dengan keinginan keluarga maupun tradisi yang berlaku.
ilustrasi kremasi (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Inti dari kremasi memang untuk membakar jasad. Kremasi awalnya dilakukan dengan cara membakar mayat menggunakan api dari kayu. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, mulai muncul jasa krematorium untuk membakar jenazah dalam mesin bernama resomator. Namun, ada beberapa perbedaan tata cara kremasi yang dianut beberapa golongan, seperti misalnya upacara Ngaben untuk masyarakat Hindu di Bali, Indonesia. Untuk mengetahui perbedaannya, Tempo merangkum tata cara kremasi unik di bawah ini yang dilansir dari beberapa sumber.  

Baca: Festival Cheng Beng Saatnya Mengingat Leluhur, Puncaknya 5 April

1. Kremasi di Amerika
Penduduk Amerika mulai menunjukkan ketertarikan pada kremasi dibandingkan penguburan. Hal ini disebabkan beberapa hal, salah satunya adalah penduduk Amerika yang semakin sekuler. Selain itu, kremasi juga dianggap sebagai cara yang ramah lingkungan dan ekonomis.
ilustrasi kremasi penaburan abu jenazah (Pixabay.com)

Seluruh kremasi yang dilakukan di Amerika harus dilakukan di krematorium. Selain menggunakan api, muncul teknologi baru bernama Green Cremation yang menggunakan campuran air, potassium hydroxide, dan energi panas untuk membakar jasad.

2. Kremasi di Bali, Indonesia
Penganut agama Hindu di Bali memiliki upacara bernama Ngaben. Ngaben dilakukan dengan maksud membebaskan arwah dari jasad agar dapat melakukan reinkarnasi atau pergi ke surga. Hal yang istimewa adalah prosesinya yang meriah mengingat upacara tersebut merupakan bagian dari acara kedukaan.
Sejumlah patung lembu dan naga dibakar saat prosesi kremasi Ritual Ngaben masal di Desa Batuan, Gianyar, Bali, 15 Juli 2016. Patung-patung ini dipercaya Umat Hindu sebagai kendaraan almarhum menuju nirwana atau surga. TEMPO/Johannes P. Christo

Baik keluarga, kerabat, maupun masyarakat Hindu yang turut serta dalam upacara tersebut disarankan untuk bersenang hati agar perjalanan arwah menuju dunia berikutnya tidak terhambat. Lalu, pemandu jasad harus berjalan berkelok-kelok untuk menghindari roh jahat yang mengincar jasad. Setelah proses kremasi, abu dari jasad diletakkan dalam kain berwarna putih dan kuning berisikan bunga. Kemudian, abu dilarung ke laut dengan tujuan melepas arwah pergi ke surga dan memulai reinkarnasi. Baca: Waspada 3 Zodiak Ini, Cinta Bisa Putus Tiba-tiba

3. Kremasi di India
Di bagian Barat sungai Gangga, terdapat kota Varanasi yang memiliki tempat kremasi yang sudah berdiri sejak ribuan tahun yang lalu, Manikarnika Ghats. Tempat ini dipercaya sebagai tempat paling sakral untuk penganut Hindu. Selain itu, pemilik abu hasil kremasi yang ditebar di sekitar kota tersebut dipercaya berhasil mencapai nirvana atau moksha.
ilustrasi kremasi di India (Pixabay.com)

Sama seperti Ngaben, masyarakat harus bersenang-senang sehingga mereka justru tertawa, berbincang, atau bahkan main kartu selama upacara berlangsung. Upacara di mulai dengan mengangkut jasad menuju Manikarnika Ghats dengan dibalut kain berwarna-warni. Jasad kemudian direndam di sungai Gangga, diangkat, dan dikeringkan selama 2 jam. Setelah itu, jasad akan dibakar dengan menggunakan kayu api yang sudah dipersiapkan. Abu dari jasad yang dikremasi kemudian akan ditebar ke sungai Gangga. Karena kematian dianggap ‘menular’, hanya orang dari kasta yang dikucilkan yang boleh menyentuh dan mengurus mayat, disebut dengan Doms.

CREMATION RESOURCES | DAILY MAIL UK | EVER PLANS | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus