Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Festival Cheng Beng, Tradisi Unik Masyarakat Tionghoa setelah Cap Go Meh

Tiga bulan setelah Cap Go Meh, masyarakat Tionghoa menggelar Cheng Beng untuk mengenang leluhur mereka.

24 Januari 2023 | 16.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah perayaan Imlek dan Cap Go Meh selesai, masyarakat Tionghoa punya tradisi penting lainnya. Sekitar bulan April, mereka kerap merayakan Cheng Beng. Qingming atau dalam dialek Hokkian disebut dengan Cheng Beng adalah sebuah perayaan penting bagi masyarakat Tionghoa. Cheng Beng merupakan ziarah masyarakat Tionghoa ke makam untuk mengenang leluhur mereka.

Biasanya Cheng Beng jatuh setiap tanggal 5 April dan kegiatannya bisa berlangsung selama 10 hari sebelum hingga sesudah Hari Cheng Beng. Tradisi ini diisi dengan kegiatan membersihkan makam, membakar dupa, uang arwah, serta memanjaatkan doa di depan nisan.

Baca: Tradisi Cap Go Meh, Ini Bedanya Barongsai Singa Utara Singa Selatan 

Selama merayakan Cheng Beng, masyarakat Tionghoa akan meletakkan potongan dahan daun di pagar dan pintu rumah. Mereka percaya, bahwa dahan memiliki kekuatan magis yang dapat menangkal arwah jahat yang bergentayangan selama festival.

Tradisi unik lainnya ketika festival Cheng Beng adalah menerbangkan layang-layang dengan bentuk yang unik. Menerbangkan layang-layang ini tidak hanya dilakukan di pagi dan siang hari, tetapi juga pada malam hari. Bahkan ketika malam hari, benang layang-layang akan dikaitkan dengan lampion kecil warna-warni. Tradisi ini dipercaya akan membawa keberuntungan dan melenyapkan penyakit.

Tradisi Cheng Beng di Indonesia 

Di Indonesia, Cheng Beng dirayakan di berbagai tempat khususnya di daerah yang mayoritas penduduknya keturunan Tionghoa. Namun berbeda dengan negara China, Cheng Beng di Indonesia tidak dilakukan berhari-hari, dan waktu mulai dan berakhirnya tetap digelar serentak yaitu tanggal 5 April.

Cheng Beng kini sudah menjadi festival yang bisa disaksikan oleh banyak orang. Banyak wisatawan mengunjungi daerah-daerah dengan mayoritas etnis Tionghoa. 

Salah satu daerah mayoritas penduduk Tionghoa yang merayakan Cheng Beng adalah Pontianak. Di sana tidak sulit menemukan pemukiman warga Tionghoa dan kompleks pekuburan Cina sehingga ritual mengenang leluhur ini akan sangat sakral di sana.

Selain Pontianak, ada pula kompleks pemukiman etnis Tionghoa di Tegal. Di sana bahkan ada kelenteng yang cukup terkenal yaitu Tek Hay Kiong yang usianya sudah memasuki tiga abad.

Selanjutnya, festival Cheng Beng juga bisa disaksikan di Lasem, di sana ada makam Han Wie Sing, yaitu seorang saudagar kaya yang dikubur dan ditelantarkan oleh anak-anaknya lalu ia mengutuk keturunannya akan jatuh miskin jika kembali ke Lasem. 

FANI RAMADHANI 

Baca:  Imlek Sempat Dilarang di Era Orba, Kini Jadi Hari Libur Nasional

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus