Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis telinga hidung tenggorokan di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Niken Lestari, meminta orang tua mengetahui empat gejala khas rinitis alergi yang terlihat pada anak. Empat gejala itu adalah bersin berulang, hidung gatal, hidung meler, dan hidung tersumbat, terutama pada waktu tertentu dan tidak disertai demam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau mengalami minimal dua dari empat gejala, bisa dicurigai rinitis alergi. Gejalanya muncul terutama malam dan pagi hari. Bedanya dengan flu bisa pagi, siang, malam dan disertai demam, kalau rinitis muncul terutama malam dan siang hari tanpa demam," kata Niken dalam diskusi daring, Kamis, 25 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain gejala khas tersebut, ada pula gejala lain yang dapat terlihat mata atau dengan pemeriksaan fisik, seperti warna gelap di bawah mata karena hidung yang penuh dan tersumbat, sering mengernyitkan wajah, menggoyangkan hidung dan memejamkan mata karena rasa gatal, dan geligi bagian depan terlihat lebih menonjol karena sering bernapas lewat mulut dan ada morbiditas.
"Selain gejala khas, bisa ditemukan gejala lain seperti telinga gatal atau rasa penuh, dapat ditemukan gangguan hidung, tidak peka penciuman, sakit kepala, tenggorokan, langit-langit gatal, batuk, dan gangguan tidur seperti mendengkur," tambah Niken.
Niken mengatakan menurut data WHO, 35 persen anak mengalami rinitis alergi dan pemicu paling sering adalah zat alergen yang terhirup, seperti tungau atau kutu debu rumah yang tak terlihat di tempat tidur, sofa, atau karpet. Penyebab lain adalah serbuk dari sayap serangga seperti kecoa, serbuk sari rumput dan pohon, serta bulu binatang seperti kucing dan anjing.
Cuci hidung dengan cairan garam
Agar rinitis alergi tidak berkepanjangan, perlu ada kombinasi tata laksana mulai dari menghindari alergen dengan kontrol lingkungan, pemberian obat-obatan, imunoterapi, dan lebih lanjut ada pembedahan jika alergi menyebabkan morbiditas penyakit lain, serta edukasi.
"Kalau di rumah diketahui alergennya tungau maka enggak bisa dihindari 100 persen karena dari serpihan kulit sehingga harus kontrol lingkungan sekitar, kamar dibersihkan seminggu sekali, binatang peliharaan enggak masuk ke kamar," paparnya.
Seiring kontrol lingkungan, pasien juga disarankan rutin cuci hidung dengan cairan garam 0,9 persen yang aman dipakai jangka panjang, diberikan obat antihistamin atau anti-alergi minimal 2-4 minggu, dan kemudian dievaluasi ulang. Pemeriksaan penunjang lain juga bisa dilakukan dengan pemeriksaan THT, terutama di hidung melalui endoskopi rongga hidung, penegakan tes alergi dengan tes cukit kulit, yaitu meneteskan beberapa alergen dengan hasil yang bisa dilihat dalam 15 menit.
"Kalau tidak bisa dilakukan tes cukit kulit, diperiksa darah kadar imunoglobulin E spesifik untuk pemicu yang dicurigai. Kalau curiga alergi bulu maka pemeriksaan imunoglobulin E spesifik pada bulu," jelasnya.
Pilihan Editor: Fakta tentang Alergi Kacang, Bisakah Diobati?