Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETELAH mengenakan kostum setelan atasan dan bawahan, Maria Margaretha Earlene langsung meraih wig hitam mekar dan bando berwarna merah muda. Siang itu, di sebuah restoran dengan dekorasi taman di Kembangan, Jakarta Barat, Earlene tampil dengan permainan kostum atau cosplay mirip Snow White, tokoh utama film animasi Walt Disney, Snow White and the Seven Dwarfs. Dia kemudian memilih beberapa sudut dan berganti-ganti gaya dalam sesi pemotretan. “Sebelum sampai sini, saya sudah makeup di rumah, sekitar dua jam,” kata Earlene kepada Tempo, Selasa, 13 Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perempuan 36 tahun itu berkecimpung di dunia cosplay sejak 2010. Semua berawal dari serial anime asal Jepang, One Piece. Saat itu rekan kuliahnya di Universitas Trisakti, Jakarta, memakai kostum salah satu karakter serial anime tersebut ketika datang ke sebuah acara cosplay. Earlene pun terpikat. Earlene adalah penggiat cosplay yang biasa memainkan pertunjukan yang mempunyai alur cerita dan musik latar. Dia pernah masuk daftar nomine penata rias film terbaik Piala Citra Festival Film Indonesia 2021 melalui film Asih 2.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu kegiatan cosplay yang paling ia ingat adalah acara bertajuk “Spy Family” di Senayan Park, Jakarta, pada 30 Juli 2022. Saat itu Earlene dan kelompoknya tampil dalam pertunjukan cosplay yang berkisah tentang pembunuh bayaran yang menikah dengan seorang mata-mata. “Saya memerankan salah satu tokoh di cerita itu dengan kostum cosplay serba hitam,” ujarnya.
Earlene, yang juga dosen di Universitas Bina Nusantara, Jakarta, kerap membikin alur cerita, musik latar, dan desain kostum hingga menata koreografi ketika tampil bersama tim cosplay-nya. Boleh dibilang dia termasuk penggiat cosplay yang merancang sendiri kostum berbagai karakter. Kostum Snow White yang ia kenakan pada sesi pemotretan di sebuah restoran di Kembangan siang itu adalah salah satu kreasinya. Untuk membuat kostum karakter yang memadukan beberapa bahan kain bermotif khas Indonesia itu, dia merogoh kocek hingga Rp 4 juta.
Dia juga pernah membuat kostum karakter Cinderella dengan diameter hampir 3 meter dan menghabiskan dana hingga Rp 10 juta. Bagi Earlene, aktivitas sebagai penggiat cosplay yang menaruh perhatian pada karakter orisinal memang harus digeluti dengan hati. “Seperti kostum yang aku bikin ini, Snow White, aku menentukan renda-renda bahan, cutting, dan lain-lain,” tuturnya.
•••
COSPLAY berasal dari gabungan kata costume play, aktivitas dan pertunjukan seni yang menampilkan orang-orang yang mengenakan kostum dan aksesori untuk mewakili karakter tertentu. Terminologi ini dimunculkan oleh Nobuyuki Takahashi dari Jepang ketika hadir dalam konvensi Fiksi Ilmiah Dunia di Los Angeles, Amerika Serikat, pada 1984. Sejak 1960-an, penggemar cerita dan film fiksi ilmiah kerap mengadakan acara konvensi tersebut. Saat itu para peserta mengenakan kostum berbagai macam karakter film fiksi ilmiah, seperti Star Trek.
Dalam perjalanannya, cosplay merambah ke Indonesia. Pada medio 2000-an, aktivitas cosplay makin ramai dibicarakan di Indonesia. Hal itu ditandai dengan berlangsungnya acara cosplay di Universitas Indonesia. Selain itu, pengaruh anime dan manga atau komik dari Jepang turut menjadi penanda geliat aktivitas cosplay di kalangan anak-anak muda di Tanah Air.
Peserta menggunakan kostum cosplay pada Banyuwangi Creatifest di Terminal Terpadu, Banyuwangi, Jawa Timur, 16 Juni 2023. Antara/Budi Candra Setya
Saat pandemi Covid-19 merebak, kegiatan cosplay mereda. Kini aktivitas lakon kostum di Indonesia kembali bergairah. Menjamurnya penyedia jasa sewa kostum hingga digelarnya berbagai acara cosplay bertaraf internasional turut mendorong hobi ini masuk ke segala lini usia. Misalnya, pada 23-25 Juni 2023, akan berlangsung Festival Indonesia Comic Con 2023. Maria Earlene akan menghadiri festival tersebut sebagai pembicara dalam sesi bincang-bincang mengenai kaitan kerja-kerja di film yang beririsan dengan cosplay.
Earlene menyambut baik fenomena melonjaknya tren hobi cosplay di kalangan muda. Menurut dia, karakter yang banyak digandrungi anak-anak muda biasanya mengikuti tren yang mencuat saat ini. Secara umum, dia mengungkapkan, banyak karakter dari game yang dijadikan inspirasi kostum. Banyak juga yang menyukai karakter kartun dan film barat sebagai gaya dalam cosplay.
Earlene juga merasa bahagia ketika bisa bermain cosplay bersama rekan-rekannya. Meski sudah lama malang melintang di dunia ini, membongkar-pasang tim, sampai kerap menjadi juri, dia merasa senang ketika kegiatan cosplay bisa dirayakan oleh banyak orang secara bersama-sama. “Buat aku pribadi, cosplay brings me happiness,” ucap perias wajah dalam film Iblis dalam Darah tersebut.
Tidak hanya di Jakarta, ekosistem cosplay juga tumbuh dan semarak di Surabaya, Jawa Timur. Yang terbaru, di Surabaya berlangsung acara bertajuk “Cosplay & Creator Community Convention” pada 18 Juni 2023.
Vian Everdeen, penggiat cosplay di Surabaya, bercerita, peminat permainan kostum di kotanya tak hanya berkutat dengan karakter anime Jepang. Mereka meluaskan tema cosplay dengan karakter lokal, antara lain merujuk pada karakter dalam film Indonesia.
Vian dengan kostum Scarlet Witch di Surabaya, Jawa Timur. Dok. Pribadi
Vian sendiri pernah mengenakan kostum karakter Badarawuhi, salah satu tokoh dalam film KKN di Desa Penari, dalam acara bertajuk “Toys & Hobbies” di Tunjungan Plaza, Surabaya, pada September 2022. Perempuan 32 tahun ini meraih gelar juara kedua dalam kompetisi cosplay di acara tersebut.
Saat itu Vian tampil di nomor coswalk yang menampilkan kelebihan lewat kostum dan koreografi singkat. "Ada alur ceritanya, durasi 3-5 menit, dan semacam mereka ulang filmnya dengan singkat," kata Vian kepada Tempo, Jumat, 16 Juni lalu.
Vian menuturkan, ide memainkan dan menggunakan karakter Badarawuhi bermula ketika dia rampung menonton film garapan sutradara Awi Suryadi tersebut. Terlebih, Vian menambahkan, sosok Badarawuhi membawakan tarian khas Banyuwangi, Jawa Timur, gandrung. Selain itu, dalam setiap acara banyak penggiat cosplay yang jarang memerankan karakter lokal.
Vian mulai aktif di dunia cosplay pada 2015, berawal dari rasa kagumnya terhadap karakter Wanda Maximoff dalam film Avengers: Age of Ultron. Dia memilih karakter Wanda karena mudah didekati secara kostum. "Saya juga memainkan karakter tersebut karena mudah menjiwainya," ujarnya.
Ihwal kostum, Vian kerap membuatnya sendiri khusus untuk beberapa karakter. Namun dia juga acap menyewa ke penyedia jasa rental kostum cosplay yang belakangan menjamur di Surabaya. Kostum karakter Badarawuhi, misalnya, Vian sewa dari Lintang Kostum Surabaya yang biasa menyediakan kebutuhan tari. Hingga kini, total ada tujuh kostum karakter yang dimiliki Vian. Untuk karakter Scarlet Witch, dia mempunyai tiga versi. “Selebihnya adalah M3gan, Sadako, Yasmin (film Qodrat), dan yang terbaru ada Ellie dari film Evil Dead Rise,” tuturnya.
Menurut Vian, kegiatan cosplay di Surabaya juga makin menggeliat beberapa tahun terakhir, dari kumpul-kumpul sesama penggiat hingga lomba. Bukan hanya itu, orang-orang baru dengan rentang usia muda juga terus muncul. “Saya berjumpa dengan banyak orang dan banyak sharing tentang pengalaman dan bakat masing-masing,” ucapnya.
Tukar pengalaman itu, Vian menambahkan, biasanya dilakukan saat membuat properti, menjahit, atau memberikan efek dan gradasi dalam pewarnaan. “Selain itu, masyarakat cosplay Surabaya turut membahas ide pertunjukan yang bisa dipakai dalam kompetisi cosplay,” katanya.
•••
SATU lagi penggiat cosplay di Surabaya yang cukup aktif adalah Florence Pusung. Perempuan 27 tahun itu sudah berkecimpung dalam kegiatan cosplay selama sembilan tahun. Flo—panggilan Florence—meminati cosplay lantaran mempunyai hobi membaca komik Jepang sedari kecil. Tidak hanya kepincut alur ceritanya, dia juga kerap menggambar anime yang terinspirasi komik Jepang. “Memang dari dulu suka komik Jepang, terus suka gambar anime-anime,” ucap Flo kepada Tempo, Kamis, 15 Juni lalu.
Flo juga tertarik pada kreasi dandan. Dia kerap merias sendiri wajahnya untuk berkreasi. Salah satu inspirasi Flo dalam berkreasi adalah karakter anime Jepang. “Jadi awalnya cuma suka baca komik, gambar, sama makeup yang terinspirasi anime. Waktu itu belum ngerti dunia cosplay,” ujarnya.
Florence Pusung, dengan kostum cosplaynya di Surabaya, Jawa Timur. Dok. Pribadi
Hobi terhadap anime dan seni rupa mempertemukan Flo dengan dunia cosplay pada 2014. Dia langsung terpikat oleh cosplay yang dianggap bisa menjadi saluran kedua hobinya itu. Flo jadi sering berkreasi dengan kostum, makeup, dan aksesori ala anime sejak bergabung dengan Cosura, salah satu komunitas cosplay di Surabaya yang cukup aktif berkegiatan. “Jadi benar-benar menemukan ‘dunia’-ku setelah tahu ada komunitas yang menaungi seni cosplay itu,” tuturnya.
Sejak bergabung dengan komunitas itu, Flo aktif mengikuti kegiatannya, dari cosplay, coswalk, hingga kabaret atau drama cosplay. Pemilik nama panggung Florencedyjhe itu begitu total menyiapkan kostum, aksesori, hingga tata rias yang menyerupai karakter anime. Bahkan dia mengaku bisa menghabiskan uang hingga Rp 1,5 juta untuk membeli semua perlengkapan itu. “Prinsipnya, aku selalu mengeluarkan biaya pribadi tanpa minta orang tua, jadi orang tua enggak pernah protes asalkan kegiatannya juga positif,” ucap alumnus Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya itu.
Kepiawaian dalam dunia cosplay juga membuat Flo beberapa kali dipercaya menjadi juri dalam agenda komunitas. Dari kegiatan penjurian itu, Flo pun mulai mendapat pundi-pundi uang. “Jadi makin pengin aktif karena mengerjakan hobi tapi juga dapet cuan,” kata Flo.
Sejak 2019, Flo juga menjadi kreator konten YouTube. Dia membuat video-video anime reaction atau reaksi terhadap karakter anime di akun YouTube miliknya, Florencedyjhe. Dia membawakan konten reaksi anime menggunakan bahasa Inggris. Dia tak menyangka banyak pengguna YouTube yang meminati konten-kontennya. Kini dia sudah membuat 760 video dan jumlah subscriber-nya lebih dari 12 ribu. Flo pun sudah menerima penghasilan dari konten-kontennya di YouTube. “Karena ada YouTube, aku jadi enggak minat daftar kerja di perusahaan atau instansi,” ujarnya.
Walau begitu, Flo juga merasa ada berbagai duka yang pernah ia rasakan selama aktif di dunia cosplay. Misalnya, sebagian orang memandang pelaku cosplay layaknya badut dan tidak punya kegiatan positif. Flo tidak terlalu ambil pusing dengan argumen tersebut. Menurut dia, kegiatan cosplay memiliki banyak sisi positif, terutama dari sisi seni. Bahkan dia sudah membuktikan bisa menghasilkan uang dari hobi cosplay.
Pegiat Cosplay di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Juli 2021. Tempo/Hilman Fathurrahman W
Hobi serupa digeluti Salsya, perempuan 22 tahun asal Kota Bandung, Jawa Barat. Sejak 2015, pemilik nama panggung Jelly itu ikut menyemarakkan kegiatan cosplay di Kota Kembang. Salsya berjumpa dengan dunia lakon kostum ketika menghadiri sebuah acara bertema Jepang bersama rekannya. Kostum karakter Hatsune Miku membikin Salsya makin jatuh cinta pada cosplay. Karakter perempuan berkucir dua dalam perangkat lunak penghasil suara itu dikenakan Salsya dalam acara cosplay pertama yang ia datangi. Waktu itu dia harus membeli kostum Hatsune Miku lantaran penyedia jasa sewa kostum cosplay belum banyak. "Waktu itu aksesnya susah. Jadi aku beli, kemudian dicoba dan cocok," kata Salsya kepada Tempo melalui sambungan telepon, Kamis, 15 Juni lalu. "Mulai dari situ, baru datang ke acara cosplay bareng anak-anak komunitas juga."
Pandemi Covid-19 membuat aktivitas cosplay Salsya terhenti. Banyak perjumpaan, dari acara bulanan sampai perlombaan, harus ditunda. Memasuki 2022, saat pandemi mereda, kegiatan cosplay mulai bergeliat lagi.
Menurut Salsya, banyak penggiat cosplay makin terbantu oleh munculnya berbagai penyedia jasa sewa kostum. Dari mulut ke mulut di lingkaran komunitas sampai publikasi di media sosial, Salsya perlahan mendapat referensi mengenai rental kostum. Terlebih pemilik rental di beberapa kota kini mempunyai banyak stok, terutama kostum karakter dalam game.
Salsya menuturkan, ada kaitan erat antara cosplay dan game. Sebut saja Mobile Legend, game dengan genre multiplayer online battle arena yang dirilis pada 2016. Banyak karakter Mobile Legend yang kerap diperankan oleh penggiat cosplay, termasuk Salsya. Salsya secara spesifik begitu tertarik pada tokoh Selena, Odette, dan Pharsa dari game tersebut. “Kebetulan aku main game juga, karena cosplay dan game berkaitan. Aku suka karakter yang tidak menye-menye,” tuturnya.
Selain menggemari Mobile Legend, Salsya menggandrungi game Genshin Impact. Untuk memerankan karakter dari dua game itu, tak jarang Salsya sampai menyewa kostum dari luar Bandung, seperti Pungki Cosplay di Surabaya yang mempunyai banyak koleksi kostum. “Untuk sekali sewa bisa Rp 150-250 ribu,” ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Artikel ini memakai bahan reportase Hana Septiana dari Surabaya. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Ekspresi Permainan Kostum Karakter"