Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Harga Tenun Mahal? Ini Tanggapan Ketua Dekranasda NTT

Banyak anggapan harga tenun dari NTT mahal, padahal faktanya tidak selalu demikian. Simak alasannya.

22 Oktober 2019 | 20.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kain tenun Suku Boti di Desa Boti di kecamatan Kie, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, 5 Oktober 2018. Suku Boti merupakan keturunan dari suku asli pulau Timor, Atoni Metu. TEMPO/ Nita Dian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak masyarakat yang menganggap harga tenun dari Nusa Tenggara Timur (NTT) mahal. Dari selendang hingga baju, harganya memang bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), Julie Sutrisno Laiskodat, tidak membenarkannya. Ia mengatakan bahwa selendang bisa didapat dengan harga Rp 50 ribu saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Atasan pun cuma 150 ribu rupiah,” katanya saat ditemui di salah satu gerai Jakarta Fashion Week pada 22 Oktober 2019.

Lantas, apa yang menyebabkan harganya selalu mahal di mata masyarakat? Pertama, ini disebabkan oleh bahan tenun yang menggunakan kapas asli. Namun, Julie mengatakan kini masyarakat NTT telah menggantinya dengan benang katun atau sintetis.

“Karena pohon kapas sudah mau punah, jadi mahal. Tapi sekarang untuk memenangkan pasar, kami sudah jarang menenun dengan kapas asli, tapi diganti dengan benang katun atau sintetis,” katanya.

Kedua, Julie menjelaskan bahwa banyak masyarakat di desa yang tidak mengerti cara berjualan. Mereka tidak memiliki kemampuan berbisnis sehingga langsung memberi patokan harga yang tinggi.

“Ini fungsi dekranasda untuk memberikan edukasi. Supaya mereka tidak aji mumpung karena ada yang beli, jadi harganya dibuat mahal,” jelasnya.

Ketiga, akses untuk mendapatkan bahan dasar menenun juga menjadi pertimbangan harga yang mahal. Julie mengatakan bahwa banyak perajin di desa yang harus pergi ke kota untuk mendapatkan bahan sehingga ini dimasukan dalam biaya pembuatan.

“Sekarang sudah kami bantu sediakan agar semua orang bisa menikmati kain NTT dengan harga terjangkau,” tuturnya. 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus